Bandung Supermall, sore hari di tahun 2002.
Halaman parkir Bandung Supermall belum terlalu ramai. Hanya ada beberapa orang yang berkerumun di berbagai sudut. Di sebelah pintu masuk mall, sebuah layar raksasa terpampang dengan megah. Sepertinya acara nonton bareng semifinal Piala Dunia 2002 antara Jerman dan Korsel akan meriah.
Aku dan teman-teman kuliahku sudah berkumpul di halaman parkir Bandung Supermall. Mereka bising dan ribut, saling mengunggulkan tim kesayangannya dan mengejek tim lawan. Aku hanya bisa tertawa, sesekali tersenyum.
***
Tak terasa hari sudah mulai gelap. Matahari sudah tenggelam dan bintang-bintang di langit sudah mulai tampak. Layar raksasa sudah mulai dinyalakan. Aku melihat sekeliling, ternyata suasana di halaman parkir sudah mulai hiruk pikuk. Penuh. Wah, acara nonton bareng kali ini benar-benar seru!
Sekilas aku melirik jam tangan. Hampir jam setengah 7 malam, sudah masuk waktu shalat Maghrib. Tapi aneh, tak terdengar kumandang adzan Maghrib. Ah, mungkin kalah oleh suara hiruk pikuk dan tayangan televisi di layar raksasa.
Sekali lagi aku melihat ke sekeliling. Ya ampun, halaman parkir Bandung Supermall sudah menjadi lautan manusia. Penuh sesak dan berdesakkan. Sialnya, aku dan teman-temanku terjebak di tengah-tengahnya. Tak bisa keluar, bahkan untuk beranjak dari tempat itu pun sulit.
***
Acara nonton bareng selesai. Sudah hampir jam setengah 10 malam. Semua orang beranjak dari halaman parkir Bandung Supermall. Ada yang berteriak kegirangan, ada yang meniup terompet, ada yang menyanyikan yel-yel. Bising sekali.
Dalam keramaian itu, aku membisu. Bukan karena kekalahan salah satu tim yang bertanding. Bukan itu, kawan. Ada rasa penyesalan yang amat sangat. Hari itu, aku melewatkan shalat Maghrib.
***
(Kisah nyata, sekitar 10 tahun yang lalu)