Mohon tunggu...
Andri Saleh
Andri Saleh Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Aku bukanlah siapa-siapa, hanyalah seorang lelaki 32 tahun, suami dari seorang istri, bapak dari dua anak. Aku pun bukan seorang penyair, hanyalah seorang pemimpi yang menuliskan mimpi-mimpinya dalam bentuk coretan di atas kertas :-)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Miniatur Negara di Dalam Masjid

29 Juni 2012   08:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:25 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengarlah, kawan. Aku berada di sebuah negara. Tidak besar, mungkin hanya berukuran 15 x 10 meter persegi. Meskipun luas negaranya kecil, aku merasa nyaman di situ. Tak pernah aku mendengar ada perselisihan di negara itu. Tidak ada tipu muslihat dan tidak ada persekongkolan. Ah, benar-benar negara yang indah.

***

Kami, rakyat negara itu, sangat beragam. Ada yang lulusan sarjana, juga ada yang tak pernah sekolah. Ada yang jadi pengusaha, ada juga yang jadi PNS. Ada majikan, ada juga pembantu. Meskipun demikian, kami berdiri sejajar. Tanpa sekat, tanpa batas.

Kami, rakyat negara itu, sangat berbeda. Ada yang mengenakan sarung dan baju koko, ada yang mengenakan kemeja dan celana panjang, ada yang mengenakan kaos oblong dan celana jeans, ada juga yang mengenakan seragam. Meskipun demikian, kami tetap kompak. Tidak ada yang merasa paling benar.

Kami, rakyat negara itu, punya seorang pemimpin. Pemimpin yang kami pilih dan tunjuk sendiri. Kami memilihnya karena ia memang pantas memimpin. Ilmu agamanya sangat tinggi, cerdas, dan berakhlak baik. Ia tidak pernah mengucapkan janji-janji manis. Ia tidak pernah menyogok kami dengan membagi-bagikan uang dan sembako.

***

Lihatlah pemimpin kami itu, kawan! Ia sangat mengerti kondisi kami. Jika di antara kami ada yang sakit, ia meringkaskan. Ketika di antara kami ada tangisan anak-anak, ia mempercepat. Ketika berdoa, ia mendoakan kami. Serentak kami pun meng-amin-kan doanya itu.

Lihatlah pemimpin kami itu, kawan! Ketika ia lupa, kami selalu membantu mengingatkannya. Ketika ia berbuat salah, kami memberinya tanda dengan tasbih atau tepukan tangan. Ketika ia gagal memimpin, ia mundur dengan sendirinya. Tanpa harus kami paksa, tanpa harus berteriak-teriak.

***

Itulah negara kami, kawan. Negara yang indah tiada tara. Damai, tenteram, bahagia, adil, dan sentosa. Sayang, jumlah rakyatnya tidaklah banyak. Hanya sedikit, sedikit saja. Maukah anda bergabung ke negara kami?

***

Panyabungan, 29 Juni 2012.

Masjid At-Taqwa, Panyabungan, Mandailing Natal, Sumut.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun