Beberapa waktu lalu, Hutomo Mandala Putra atau sering dikenal Tommy Soeharto menjadi pembicaraan publik lagi karena mengkritik kebijakan pemerintahan Presiden Joko Widodo. Tak hanya berhenti di situ saja, dia juga getol mengkritik beberapa proyek Reformasi.
Tommy memang fenomenal di kancah politik Indonesia. Dari seluruh anggota Keluarga Cendana, dia dianggap sebagai simbol Orde Baru yang par excellence. Berwajah ganteng, murah senyum, kaya raya, dan bergaya parlente. Bila tak salah lihat, kita seperti memandang Soeharto di masa muda.
Di bidang politik pun juga sama. Bungsu Soeharto ini sekaligus yang paling gigih memupuk harapan bisa kembali terjun ke politik sejak bebas dari penjara pada 2006. Dia ingin melanjutkan hasrat dan cita-cita berkuasa Bapaknya, yang harus terpotong di tahun ke-32.
Karena terlempar dari posisi strategis di Partai Golongan Karya--partai Bapaknya dulu- Tommy tak patah arang. Dia banting setir membentuk Ormas Laskar Merah Putih, dan akhirnya pada 2016 resmi mendirikan Partai Beringin Karya (Berkarya). Agendanya jelas: mengembalikan cara pengelolaan negara seperti masa Orde Baru.
Menjelang Pemilu 2019, dia dan anggota Keluarga Cendana lainnya, berulang kali melontarkan kritikan pedas terhadap rezim Jokowi-JK saat ini. Mereka merasa kondisi hari ini tak lebih berhasil ketimbang rezim ayahnya dulu.
"Reformasi janjikan KKN hilang, tapi nyatanya makin parah. Utang luar negeri semakin besar. Investasi asing pun semakin dimanja," Begitu kata Tommy dalam sebuah pidato politik yang digelarnya di Sentul beberapa waktu lalu.
Ada satu kata yang menarik di sana, katanya 'investasi asing semakin dimanja'. Kata ini perlu di-'bold', dan diberikan cetak miring karena yang berbicara adalah anak kandung Soeharto. Benarkah demikian? Apakah hari ini asing lebih berkuasa di Indonesia? ataukah, Jokowi antek asing?
Untuk menjawab itu, mudah saja. Tommy sebagaimana politikus lainnya di Indonesia sangat lemah soal data dan amatan pada fakta. Dia lebih banyak mengandalkan naluri, dan indera penciuman politis saja. Baginya paling penting adalah panggung, dibandingkan soal akurasi kebenaran yang diverifikasi data dan fakta di lapangan.
Pertamina Pemegang Saham Terbesar Kembali
Mendengar tuduhan dirinya antek asing, sebagaimana yang diungkapkan di atas, Presiden Joko Widodo merasa sangat geram sekali. Apalagi sebutan pemerintah antek asing itu semakin sering muncul di tahun politik
Padahal selama 4 tahun pemerintahannya, Jokowi selalu berusaha mengembalikan kekayaan Indonesia ke pangkuan Ibu pertiwi. Dikembalikan kepada negara untuk anak cucu Indonesia. Untuk ini, Jokowi berani menggaransi bukti banyaknya tambang perusahaan asing yang kini direbut oleh RI.