Mohon tunggu...
Andri Imam Fauzi
Andri Imam Fauzi Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Traveler

Explore the outdoor

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Membidik Baduy Dalam dengan Mata Tanpa Lensa

13 Desember 2018   15:38 Diperbarui: 13 Desember 2018   17:05 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gak jauh dari hiruk-pikuk dan gemerlapnya kota Jakarta, masih ada saudara-saudara kita yang hidup dengan cara, tradisi, dan adat mereka yang jauh dari kata mewah. Mereka adalah Baduy. Sebuah suku yang terletak di provinsi Banten ini hidup dengan caranya sendiri. Hidup dengan kesederhanaan ala mereka sendiri. 

Hidup dengan keterbatasan dan terpencil yang seolah gak mau bersentuhan dengan kata modern. Jalan dan alur hidup yang mereka pilih, justru jadi magnet dan daya tarik sendiri buat kami. Meskipun secara 'gaya' kami berbeda, tapi mereka bakal tetap menyambut kami dengan tangan terbuka, dan seolah nganggap kami adalah bagian dari mereka. Itu lah yang bikin kami tertarik buat mengenalnya lebih jauh. Mereka, Baduy.

Baduy, jalan hidup yang mereka pilih selalu bikin kami tertarik buat mengenalnya lebih jauh dan lebih jauh lagi. Kesederhanaan hidup yang mereka pilih seakan tak lekang oleh waktu.

Membentengi diri dengan modernitas, membuat waktu seolah tak berjalan dan berlaku di sana. "Benteng" yang mereka buat untuk menghadang modernitas kayaknya kuat banget, jauh lebih kuat dari benteng-benteng modern yang dibangun buat menghadapi musuh dalam medan perang, yang masih bisa dibobol sama berbagai persenjataan. Kau hebat, Baduy.

Kayak yang udah saya sampaikan di atas, suku yang berada di provinsi Banten ini, terbagi jadi dua, yaitu Baduy Luar dan Baduy Dalam. Udah banyak tulisan yang ngejelasin perbedaan antara kedua suku ini, baik yang secara sederhana, maupun yang secara mendalam dan kompleks. Saya nggak akan bahas hal itu lagi. Saya coba melihat Baduy bukan dari perbedaan, dan bukan dari persamaan mereka. Saya melihat Baduy dari sudut saya sendiri.

Awal Juli 2018, saya berhasil ke sana bersama kerabat saya. Bulan Juli, menurut saya adalah waktu yang tepat buat menjelajah Baduy. Kenapa?

Karena buat bisa sampe ke tujuan utama kami, yaitu Baduy Dalam, medan atau track yang dilalui gak mudah. Jalan tanah setapak yang padat karena pijakan kaki orang-orang yang pernah mendaki ke sana, kayaknya bakal jadi hal yang menyulitkan pas kita mendaki di medan yang sama pas lagi musim hujan.

Ya, apa lagi kalo bukan karena masalah jalan yang yang bakal jadi licin, basah, dan mungkin berlumpur, yang justru itu malah bakal jadi penghambat sendiri buat kita.

Perjalanan kami mulai jam satu siang. Kami pilih siang karena itu udah ketentuan dari travel yang kami pake.

Oh, iya, buat bisa sampe ke Baduy dalam, bisa pake travel yang nyediain trip ke Baduy. Soalnya kalo gak pake jasa travel, kemungkinan buat bisa sampe sana tepat waktu, gak salah jalur, dan sampe nginep di rumah warga Baduy dalam kayaknya susah.

Rumah-rumah mereka rata-rata udah di-tag sama jasa travel, kecuali kalo kalian punya kenalan orang Baduy dalam. Masalah itu kayaknya bisa diatasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun