Mohon tunggu...
Andri Limka
Andri Limka Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang tertarik membaca, menulis, dan membagikannya kepada yang lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cancel Culture di Dunia Maya, Haruskah Itu Terjadi?

10 September 2021   09:07 Diperbarui: 10 September 2021   09:17 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehidupan manusia yang dinamis membuat ia harus terus membangun relasi dengan manusia yang lain. Dalam membangun relasinya, manusia memiliki watak dan sifat sebagai kumpulan corak atau rangkaian bentuk dinamis yang khas baginya.

Perbedaan yang ada diantara manusia membuat manusia memeroleh pengetahuan dengan caranya masing-masing. Perbedaan itu pula yang membuat manusia dengan caranya sendiri membangun suatu komunitas hidup bersama dengan manusia lainnya.

Aktifitas di dunia maya (media sosial) yang tidak terkontrol membuat manusia yang turut menyatakan tanggapan atau sikapnya terhadap suatu peristiwa juga menimbulkan permasalahan sendiri. Adanya perbedaan pendapat dalam menyikapi suatu persoalan merupakan hal yang biasa dan lumrah terjadi. Namun akibat yang ditimbulkan dari silang pendapat antara satu orang dengan sekelompok orang yang memiliki pendapat yang berbeda bukanlah hal lumrah. Setidaknya itulah yang terjadi dalam situasi masyarakat masa kini dengan istilah Cancel Culture.

Cancel Culture merupakan salah satu wujud dari perundungan sosial yang terjadi di dunia maya atau dunia nyata. Manusia yang memiliki pendapat yang berbeda akan dirundung oleh lingkungan sosialnya baik itu dunia nyata maupun dunia maya. Parahnya dunia maya memiliki massa yang tidak kasat mata dan memiliki kekuatan tidak kalah hebatnya dibanding dunia nyata. Tak pelak akan membuat seseorang menarik diri dari kehidupan dunia maya.

Cancel culture merupakan sebuah istilah untuk menamakan tradisi baru yang berarti menarik dukungan dari seseorang atau sebuah entitas karena pandangan atau pilihan yang dinilai melanggar nilai moral tertentu.

Perundungan semacam ini tidak akan menyelesaikan persoalan. Tidak berarti bahwa dengan menyingkirkan orang yang berbeda pandangan dengan pendapat umum harus disingkirkan begitu saja. Sebab dari situ akan tampak bagaimana perilaku moral manusia dalam menghadapi manusia yang berbeda pandangan dengannya. Tindakan semacam ini pun akan menghancurkan pribadi seseorang meski tidak dikenal.

Kebebasan manusia dalam bereksistensi di dunia maya yang dalam artian tertentu dianggap tidak memiliki batasan ternyata memiliki batasan yang dibuat oleh manusia sendiri. Namun batasan tersebut bukan berarti salah atau tidak benar tetapi manusia kalah oleh massa yang lebih banyak daripadanya hingga membungkam dirinya seolah ialah yang salah dan tidak benar.

Inilah aturan rimba yang baru dalam kehidupan manusia masa kini yang membuat manusia seakan harus mengikuti kekuatan massa bila tidak ingin dilenyapkan oleh massa.

Mengikuti ranah dunia maya yang tidak kelihatan dengan ikut terlibat di dalamnya (aktif) membuat manusia secara tidak langsung harus tahan mental terhadap goncangan dari luar apabila ada perbedaan yang terjadi. Lain hal bila manusia hanya tampil sebagai penonton dan penikmat yang hanya melihat situasi dan perkembangan terhadap suatu peristiwa dan fenomena tanpa harus terlibat di dalamnya. Dengan demikian, manusia semacam itu akan terhindar dari Cancel Culture.

Perbedaan yang ada hendaknya disikapi dengan bijak dengan mencari jalan keluar yang terbaik dengan semua pihak, sehingga gesekan-gesekan sosial dapaat terhindari. Kemudian sikap toleransi dan saling menghargai merupakan sikap yang harus terus dipupuk dan dijaga sehingga manusia sadar bahwa ia hadir di dunia dalam keadaan yang berbeda dan itu tidak menjadi penghalang bagi manusia dalam bereksistensi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun