Mohon tunggu...
Andri Limka
Andri Limka Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang tertarik membaca, menulis, dan membagikannya kepada yang lain

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bosan Nonton Film "The Passion of the Christ"?

3 April 2021   13:39 Diperbarui: 4 April 2021   21:27 1816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yesus wafat di salib (pic by AJ. jaanko from pixabay)

Perayaan Jumat Agung selalu identik dengan film "The Passion of the Christ". Film ini hampir setiap tahun diputar di stasiun televisi swasta yang dapat ditonton pada malam Jumat Agung.

Sebuah film fenomenal besutan Mel Gibson yang menceritakan kisah sengsara Yesus sejak Ia berdoa kepada Bapa di Surga di Taman Getsemani, kemudian ditangkap, diadili, hingga wafat-Nya di salib.

Film ini sempat menuai kritik dari berbagai kalangan yang menganggap bahwa film ini menampilkan adegan siksaan kepada Yesus yang terlalu sadis.

Namun agaknya film itu memang seolah ingin menyajikan bahwa Yesus sungguh disiksa dengan kejamnya oleh para serdadu Romawi.

Dengan menonton film ini, umat Kristiani diajak untuk mendalami dan menghayati sengsara dan pengorbanan yang Yesus berikan bagi keselamatan seluruh umat manusia.

Bagi sebagian orang, menonton film ini pada perayaan Jumat Agung setiap tahun adalah hal yang wajib dan tidak ada kata 'bosan'.

Berbeda bila menonton film lainnya, yang akan mengalami kejenuhan ketika telah ditonton berulang-ulang. Sebab jalan cerita dari film yang sudah diketahui dan dapat ditebak alur ceritanya.

Namun, mungkin kata jenuh dan bosa juga akan keluar dari mulut juga bila menonton film "The Passion of the Christ" sebagai sebuah karya seni belaka. Sebab kisah sengsara Yesus dari berbagai film yang sudah ada sebelumnya dapat dikatakan sama kecuali dari sisi pemeran. Begitu pun kisah yang sama juga akan ditemukan dalam Kitab Suci.

Menonton film "The Passion of the Christ" tidak cukup hanya menikmatinya sebagai sebuah karya seni belaka. Namun harus turut juga dimaknai bagaimana kisah sengsara Yesus divisualisasikan sedemikian rupa sehingga dapat dirasakan oleh indera penglihatan dan pendengaran.

Berangkat dari situ, pikiran dan hati nurani hendaknya juga turut berperan sehingga dapat semkin dirasakan dan dihayati penderitaan dan pengorbanan yang telah Yesus lakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun