Di orde yang mengedepankan keterbukaan ini, informasi seperti angin yang berhembus di setiap penjuru negeri. Suara-suara yang pada zaman orde baru tiarap, kini berdiri gagah di setiap tempat.
Â
Keterbukaan membuat peran media sangatlah penting. Bisnis media yang tidak laku di zaman orba, kini menjadi bisni paling menggiurkan dan menghasilkan. Media pun telah bertransformasi dari penyebar berita, menjadi sebuah bisinis yang menjanjikan laba.
Â
Banjirnya televisi-televisi swasta dan media massa semakin memudahkan publik untuk mendapatkan informasi. Mengenal persoalan yang terjadi di penjuru negeri. Dan saling menyuarakan aspirasi tanpa perlu takut "diberedel".
Â
Namun, entah salah media atau kecerdikan para aktor politik, media yang seharusnya menjadi jembatan bagi rakyat untuk mengenal peristiwa, berubah menjadi alat untuk mempengaruhi rakyat. Sudah menjadi rahasia umum bahwa media sudah bukan hanya menjadi bisnis, tetapi sudah menjadi alat politik.
Seperti hipnotis, kita tidak menyadari bahwa kita sedang dipengaruhi luar biasa oleh kekuatan-kekuatan yang tidak kita tahu berasal dari mana. Bahkan, kita menikmati "penjajahan" itu.
Publik yang seharusnya menjadi penerima berita, telah diubah menjadi massa yang siap membela satu tokoh dan siap menyerang tokoh lain. Kita saat ini seperti orang yang terkena sakit, dan terus-menerus diberi asupan obat yang bukan untuk menyembuhkan, tetapi sekadar menghilangkan rasa sakit.
Strategi jitu antara aktor politik dan media inilah yang berhasil menjebak rakyat. Ibaratnya, kita tidak dapat membedakan yang mana akik dan yang mana emas.
Â