"Ayo nge-tim"
Panggilan ini menghentak lamunan. TIM? Taman Ismail Marzuki, disingkat TIM.
Ya sudah lama engga nge-tim. Maksudnya ngopi di tim. Dahulu kami sering ngopi di tim. Sejak ku mulai menginjakkan kaki di Jakarta, februari 2016.
"Haayuukk, ngopi di tim, yess"
Jawabku pada seorang adek. Jawaban ala kids zaman now.
Kami pun melangkah dari kost ke arah TIM. Buat apa lagi kalau bukan untuk nongkrong. TIM adalah tempat yang pas bagi anak kos. Harga makanan dan minuman relatif aman di kantong.
TIM itu buka setiap malam. Ada macam-macam kuliner. Tapi bukan datang untuk makan. Niatnya sih mau ngopi dan ngobrol.
Pengunjung plantaran TIM cukup pesan segelas kopi. Harganya pun murah. Satu gelas kopi seharga 3.000 rupiah. Lalu, nongkrong lah sampai pagi. Kalau tidak malu sih. Hahahaha
Nge-tim adalah sisi lain dari para pencari kopi. Memang sih anda bakalan kena sindir.
 "Kopi itu di giling bukan di gunting"
Tapi ya sudah lah. Nama saja ngopi. Terkadang kita hanya bisa menikmati yang murah. Asal eaensi nge-tim dapat. Yaitu nongkrong untuk melepas penat.