Mohon tunggu...
Andrian Habibi
Andrian Habibi Mohon Tunggu... Konsultan - Kemerdekaan Pikiran

Menulis apapun yang aku pikirkan. Dari keresahan atau muncul untuk mengomentari sesuatu. Cek semua akun dengan keynote "Andrian Habibi".

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Nge-TIM, Ngopi dan Puisi

6 Desember 2017   23:49 Diperbarui: 7 Desember 2017   10:12 1193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nge-TIM. (Foto: Togar Pasaribu)

"Ayo nge-tim"

Panggilan ini menghentak lamunan. TIM? Taman Ismail Marzuki, disingkat TIM.

Ya sudah lama engga nge-tim. Maksudnya ngopi di tim. Dahulu kami sering ngopi di tim. Sejak ku mulai menginjakkan kaki di Jakarta, februari 2016.

"Haayuukk, ngopi di tim, yess"

Jawabku pada seorang adek. Jawaban ala kids zaman now.

Kami pun melangkah dari kost ke arah TIM. Buat apa lagi kalau bukan untuk nongkrong. TIM adalah tempat yang pas bagi anak kos. Harga makanan dan minuman relatif aman di kantong.

TIM itu buka setiap malam. Ada macam-macam kuliner. Tapi bukan datang untuk makan. Niatnya sih mau ngopi dan ngobrol.

Pengunjung plantaran TIM cukup pesan segelas kopi. Harganya pun murah. Satu gelas kopi seharga 3.000 rupiah. Lalu, nongkrong lah sampai pagi. Kalau tidak malu sih. Hahahaha

Nge-tim adalah sisi lain dari para pencari kopi. Memang sih anda bakalan kena sindir.

 "Kopi itu di giling bukan di gunting"

Tapi ya sudah lah. Nama saja ngopi. Terkadang kita hanya bisa menikmati yang murah. Asal eaensi nge-tim dapat. Yaitu nongkrong untuk melepas penat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun