Mohon tunggu...
Andriani AS
Andriani AS Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Pendidikan Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Antara Stratifikasi Sosial dan Kasta, Samakah?

31 Desember 2020   00:16 Diperbarui: 31 Desember 2020   00:36 1607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bandung--Konsep masyarakat bisa mencakup satu kesatuan yang sempit dan luas seperti masyarakat  dunia,  masyarakat Indonesia, masyarakat Jawa, masyarakat kota Padang, masyarakat nagari, masyarakat Desa Lubuk Mneturun. Jika cara hidup masyarakat itu dilihat secara nyata hadir dalam suatu kesatuan lingkungan hidup sosial maka masyarakat dimakan komunitas masyarakat (Siregar, 2008, hlm. 20). Pada artikel kali ini akan membahas mengenai stratifikasi sosial dan kasta yang masuk ke dalam konsep masyarakat. Tujuannya adalah untuk memberikan pengayaan pemahaman bagi kita mengenai status sosial dan peran sosial dalam masyarakat egaliter dan berstratifikasi atau bertingkat-tingkat. 

Sebenarnya apa itu stratifikasi dan apa itu kasta? Kajian tentang stratifikasi sosial berkaiatan dengan pengkajian mengenai perbedaan penggolongan masyarakat yang kelihatan tidak adil atau bahkan berlebihan. Penggolongan itu bukan sesuatu yang terberi atau kodrati melainkan bentukan atau buatan masyarakat itu sendiri dari generasi ke generasi dilembagakan secara sosial, akhirnya warga masyarakat hampir   tidak mungkin menolak penggolongannya ke dalam suatu kelompok tertentu (Siregar, 2008: 74).  Misalnya:  dalam suatu komunitas  terdapat penggolongan  strata  tinggi, sedang  dan   rendah.  Pengelompokan ini didasarkan pada adanya suatu simbol-simbol tertentu yang dianggap bernilai baik secara  sosial,  ekonomi, politik,  hukum, budaya maupun  dimensi  lainnya.  Simbol-simbol  tersebut misalnya, kekayaan (harta), pendidikan, jabatan, kesalehan dalam beragama, gelar dan pekerjaan. Dengan kata lain,  selama  dalam  suatu  kelompok  sosial  (komunitas)  ada  sesuatu  yang  dianggap  berharga  atau bernilai,maka selama itu pula akan ada stratifikasi sosial dalam kelompok sosial (komunitas)tersebut.

Lalu apa parameter pengukuran dari stratifikasi sosial? secara umum terdapat tiga parameter pengukuran yang  digunakan  untuk  mengukur stratifikasi sosial. Pertama, dengan menggunakan parameter distributif. Pengukuran ini dilakukan dengan mengukur  distribusi  barang  dan/atau  jasa, misalnya: adanya  stratifikasi  sosial  dalam  sistempenggajian  karyawan. Kedua, dengan  menggunakan  parameter  korelatif yaitu mengkorelasikan berbagai   faktor yang menjadi dasar terbentuknya stratifikasi sosial. Misalnya: mereka yang memiliki kekuasaan, pendidikan  tinggi  dan jabatan.  Ketiga, dengan  menggunakan parameter tingkat  perubahan misalnya, adanya stratifikasi sosial karena adanya perubahan yang memiliki implikasi sosial. Semakin  perubahan tersebut tidak memiliki implikasi sosial, maka semakin memperlambat perubahan stratifikasi sosial. 

Selanjutnya apa itu kasta? tak asing rasanya mendengar lontaran orang-orang "berbeda kasta" namun apakah kita memaknai dengan baik apa sebenarnya kasta? atau hanya asal ucap mengikuti kebanyakan orang saja? sebenarnya 'kasta' selalu mendapatkan kritik dalam masyarakat egaliter. Sistem kasta disefinisikan sebagai sebuah tatanan yang membagi semua masyarakat Hindu ke dalam kelompok-kelompok endogam dengan keanggotaan herediter yang serentak memisahkan dan menghubungkan seorang dengan yang lain melalui tiga karakteristik:  pemisahan menyangkut perkawinan dan kontak; pembagian kerja dalam setiap kelompok yang mewakili satu profesi tertentu, dan akhirnya  hierarki,  yang mengurutkan  kelompok-kelompok itu pada sebuah skala yang memilah mereka ke dalam kasta tinggi dan kasta rendah (Eriksen, 1998: 242).

Kasta merupakan peninggalan dari agama Hindu, masyarakat Bali yang dominan beragama hindu secara umum dipahami sebagai kedudukan  atau penggolongan masyarakat berdasarkan pada keturunan. Kasta masyarakat Bali terbagi atas empat kasta yakni Brahmana, Ksatria, Waisya,dan Sudra. Para ahli sosial mengartikan kasta sebagai hirarki sosial, yakni merujuk pada karakteristik bawaan dan yang diwariskan. Menurut Barth (1981) kasta merupakan  bentuk  stratifikasi  sosial.  Ini dijelaskan olehnya dalam penelitiannya pada masyarakat Pathan di lembah Swat di bagian utara Pakistan. Dimana dalam kasta memiliki bentuk strata atau tingkatan-tingkatan tertentu yang bersifat hirarkis. Namun dibatah oleh Louis Dumont (1980). Menurut  Dumont, agar dapat memahami kasta untuk melihatnya sebagai bagian yang terpadu dari suatu totalitas sosial dan budaya; karenanya kita tidak dapat  berbicara tentang kasta-kasta secara terpisah dari konteks budaya khusus dimana kasta-kasta itu muncul. Dumont menegaskan bahwa kasta merupakan salah satu segi dari kebudayaan India dan harus dipahami dalam suatu totalitas sosio-budaya Hindu.

Kasta membagi masyarakat ke dalam kelompok-kelompok tertentu yang sifatnya herediter (bawaan dan diwariskan). Sistem kasta menyangkut perihal mengurutkan orang-orang sesuai status bawaannya, memiliki norma dan kaidah dalam mengatur keterkaitan antar anggotannya, menciptakan hubungan timbal balik, serta membagi tugas yang hanya dapat dilaksanakan oleh anggota tertentu saja (Anwar, 2015: 25-26). Kesimpulannya, kasta merupakan bagian dari stratifikasi sosial dan masuk ke dalam kelas sosial. Keunikan dari kasta ini adalah kasta merupakan bagian yang terpadu dari totalitas sosio-budaya Hindu yang mana kasta tidak menggunakan parameter kekayaan, pendidikan dan gelar tetapi pembagian strata menggunakan parameter pekerjaan dan bersifat endogami secara ketat sehingga seorang anak dengan sendirinya menjadi anggota dari kasta orangtuanya.

Referensi

Anwar. (2015). Dinamika Relasi Antar-Kasta Pada Masyarakat Transmigran Bali di Desa Kertoharjo Kabupaten Luwu Timur. Skripsi.  Universitas Hasanuddin: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Eriksen,   Thomas   Hylland. (2009). Antropologi   Sosial   dan   Budaya   Sebuah Pengantar. Yogyakarta: CV. Titian Galang Printika

Singgih, Doddy Sumbodo. (2007). Prosedur Analisis Stratifikasi Sosial dalam Perspektif Sosiologi. Jurnal Unair. 20(1): 11-22.

Siregar, Miko. (2008). Antropologi Budaya. UNP: Fakultas Bahasa Sastra dan Seni

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun