Mohon tunggu...
andriana rumintang
andriana rumintang Mohon Tunggu... Administrasi - menyukai rangkaian kata yang menari dalam kisah dan bertutur dalam cerita. Penikmat alunan musik dan pecinta karya rajutan

never stop learning

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Muntahan Sang Gunung dan Pintaku

3 Oktober 2018   14:15 Diperbarui: 3 Oktober 2018   14:18 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://regional.kompas.com

Bergidik ku mendengar kisahmu

Tak kuasa kutahan air mataku

Entah ingin menangis ku, entah ingin teriakku

Mungkin kata tak cukup membalutmu

              Wahai kau teman, sabarlah

              Wahai kau teman, kuatlah

              Kata itu mungkin kosong bagimu

              Bagaimana kan kuat menghadapi amarah dan muntahan sang gunung?

             Bagaimana hendak bernafas di tengah semaraknya abu vulkanik?

             Bagaimana hendak tersenyum ketika bibir ini kering dan lelah berteriak

             Bagaimana hendak melukis warna di saat yang dilihat hanya kabut vulkanik yang merajai?

Wahai kau teman, sabarlah

Mungkin hanya itu yang bisa kukatakan

Sabar dan berjuanglah menghadapi amukan dan amarahnya sang gunung

Tahukah kau kawan? Hati in pun pilu bagai sembilu atasmu

PIntaku padaNYA untuk pertolonganmu kawan

Pintaku padaNYA untuk kekuatanmu kawan

Pintaku padaNYA untuk kesabaranmu kawan

Sekalipun sabar telah menguap entah kemana

Bekasi, 3 oktober 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun