Mohon tunggu...
Andrian Triyo Handoko
Andrian Triyo Handoko Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Tunggu dan Lihat

Selanjutnya

Tutup

Money

Menyelisik Ekonomi Indonesia di Tengah Pandemi Covid-19

21 Januari 2021   14:59 Diperbarui: 21 Januari 2021   19:05 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Sudah hampir satu tahun masyarakat diseluruh dunia hidup dalam lingkaran kesulitan. Lingkaran kesulitan tersebut tercipta karena dunia sedang dirundung bencana yang sangat luar biasa. Virus Corona atau biasa disebut Covid-19 menjadi ujian bagi umat manusia di tahun 2020 sampai sekarang. Virus Corona sesuai dengan pemberitaan diberbagai media massa maupun media online muncul pertama kali di Negara China lebih tepanya di Kota Wuhan. 

Akibatnya dari adanya Covid-19 pemerintah China sering mengambil kebijakan dengan melockdown berbagai daerah di wilayah China terutama di Kota Wuhan sebagai langkah mengantisipasi penyebaran Virus Corona. Tak lama berselang setelah pemberitaan adanya Virus Corona semua negara di seluruh dunia mengambil beberapa kebijakan untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19 di negaranya. Akan tetapi, langkah-langkah awal yang diambil beberapa negara pada kenyatannya tidak dapat membendung penyebaran Virus Corona.

Adanya Covid-19 tidak disangka-sangka mengakibatkan dampak yang sangat luar biasa bagi kehidupan umat manusia. Di Indonesia setidaknya hampir seluruh sektor seperti ekonomi, sosial budaya, pariwisata, pendidikan dan lainya sangat terpukul dari adanya pandemi Covid-19. Sektor ekonomi merupakan salah satu sektor yang paling berat untuk bangkit di tengah Pandemi Covid-19. 

Berdasarkan Data Badan Pusat Statistika (BPS) kinerja ekonomi Indonesia mengalami penurunan. Hal ini dapat tecermin pada laju pertumbuhan ekonomi pada triwulan I tahuan 2020 yang hanya mencapai 2,97 persen dan kembali menurun secara signifikan pada triwulan II tahun 2020 tumbuh dengan hasil minus 5,32. Dari adanya hasil ini dapat disimpulkan bahwa ekonomi Indonesia jauh dari kata stabil di tengah pandemi Covid-19. Belum terkendalinya penyebaran Covid-19 di Indonesia membuat sejumlah pelaku usaha tidak dapat leluasa untuk memproduksi maupun mencari pasar sehingga tidak dapat menaikan pertumbuhan ekonomi.

Berbagai kebijakan pemerintah yang mengharuskan masyarakat Indonesia untuk menghindari kerumunan atau penerapan PSBB di berbagai wilayah berimbas pada operasional perusahaan. Menurut Survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistika pada 5 Provinsi dengan kasus Covid-19 tertinggi rata-rata yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan ada sebanyak 5 dari setiap 10 perusahaan masih beroperasi seperti biasa. 

Selain itu semua terdapat perusahaan yang menghentikan operasional atau tetap beroperasi secara terbatas. Dari hasil survei tersebut, dampak dari berhentinya operasional perusahaan atau jika perusahaan beroperasi secara terbatas adalah semakin meningkatnya angka pemutusan hubungan kerja (PHK). Pemutusan hubungan kerja ini diambil oleh para pelaku usaha karena mereka sudah tidak sanggup membauat upaya tenaga kerja.

Konsumsi Masyarakat di Tengah Pandemi

Pada masyarakat modern seperti sekarang, konsumsi menjadi hal yang syarat akan kebutuhan hidup baik itu kebutuhan mendesak maupun kebutuhan sampingan. Pada masyarakat modern kebutuhan sampingan bisa menjadi lebih dibutuhkan karena dipengaruhi oleh gaya hidup. Gaya hidup pada masyarakat modern bisa menimbulkan dampat yang negative yaitu perilaku konsumtif. Istilah masyarakat konsumen adalah implemetasi keberlanjutan yang melekat pada masyarakat modern yang sering berperilaku konsumtif. Dalam buku (SUYANTO, 2013) masyarakat konsumen dimaknai sebagai masyarakat yang cenderung diorganisasikan di seputar konsumsi ketimbang produksi barang dan jasa atau masyarakat yang cenderung menyamakan  level konsumsi yang tinggi dengan  kesuksesan sosial dan kebagiaan personal.

Pada saat ini masyarakat Indonesia tak ubahnya seperti istilah masyarakat konsumen, dimana dengan perkembangan zaman yang semakin pesat membuat masyarakat lebih mementingkan kebutuhan sampingan karena dipengaruhi gaya hidup modern. Akan tetapi, sejak adanya pandemi Covid-19 daya konsumsi masyarakat terbilang sangat menurun. 

Melihat dari angka inflasi sesuai Data Badan Pusat Statistika yang sudah di sajikan sebelumnya. Angka inflasi tersebut banyak besar dipengaruhi oleh turunnya daya beli masyarakat sehingga mengurangi tingkat konsumsi masyarakat. Beberapa langkah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk menaikkan daya beli masyarakat adalah dengan Program Bantuan Sosial. Stimulus yang diberikan melalui program bantuan sosial kepada masyarakat terdampak pandemi merupakan salah upaya pemerintah untuk menaikan daya beli masyarakat. Program bantuan sosial setidaknya bisa membantu masyarakat untuk bertahan hidup selama pandemi.

Walaupun begitu Identitas sebagai masyarakat konsumen yang melekat pada diri masyarakat Indonesia tidak akan lepas dengan adanya pandemi. bantuan sosial yang seharusnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang medesak sering kali digunakan masyarakat untuk kebutuhan lainnya yang sebetulnya tidak diperuntukan untuk dibeli. Hal ini juga sudah disampaikan pemerintah bahwa dana bantuan sosial harus segera digunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti kebutuhan pokok. Pengunaan dana bantuan sosial untuk keperluan lainnya tidak dibenarkan oleh pemerintah karena bisa memicu konflik sosial dalam masyarakat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun