Mohon tunggu...
Andri Oktovianus Pellondou
Andri Oktovianus Pellondou Mohon Tunggu... Dosen - Saya senang dunia Filsafat, Sains, dan ilmu Sosial

Pengajar

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sejarah Tuhan: Sebuah Refleksi Teologis

6 Agustus 2022   12:22 Diperbarui: 6 Agustus 2022   12:27 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Jikalau seluruh sejarah manusia disatukan maka hanya ada satu sejarah yaitu sejarah TUHAN memelihara dan mendidik umat-Nya melalui perang, sakit penyakit, kematian, kesukaran, kekalahan, kemenangan, kemalangan, kesuksesan, berkat, kematian, musuh, kawan, dll. Tujuannya cuma satu yaitu kenikmatan dan kemuliaan-Nya. Roma 11:36.

Kalau kita sebagai umat-Nya mengalami penderitaan maka ingatlah bahwa itu bagian dari TUHAN mendidik dan memelihara kita. Kalau kita sukses, sehat, senang, memiliki banyak teman dan saudara maka ingatlah bahwa semua itu dari TUHAN dan bukan karena prestasi kita. Jangan jadi anak cengeng dan gampangan tapi jadilah anak anak kasayangan TUHAN yang kuat dan siap menghadapi berbagai tantangan, situasi, dan penderitaan. Bukankah Firman TUHAN berkata "Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku." (Matius 10:38). Lalu di dalam Ibrani 12:8 dikatakan, "..Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang." Lalu dalam Wahyu 3:19 dikatakan, "..Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!"

Jadi setiap penderitaan yang kita alami bukanlah alasan untuk mengutuki TUHAN dan mengatakan bahwa Dia tidak ada. Bukan juga alasan untuk mempercayai ajaran Deisme yang menganggap bahwa setelah TUHAN selesai menciptakan dunia dan segala isinya, termasuk manusia maka TUHAN membiarkan mereka menentukan nasib mereka sendiri.

Begitu juga kesuksesan, keberhasilan, berkat, prestasi, kesenangan dan segala kamampuan yang kita miliki bukanlah alasan untuk memegahkan diri di hadapan TUHAN bahwa seolah olah itu hasil usaha kita sendiri tanpa campuran tangan TUHAN. Kita hanya bisa bersyukur kepada TUHAN karena suatu alasan yaitu karena kita telah menerima hidup dan anugerah keselamatan secara cuma cuma dari TUHAN.

Ucapan syukur yang memuliakan TUHAN yaitu mempersembahkan seluruh hidup kita kepada TUHAN. Dalam Roma 12:1-2 dikatakan, "...Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.  Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."

Selamat berefleksi di akhir pekan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun