Bahaya terbesar bagi gereja adalah ketika gereja welcome terhadap doktrin2 hasil penjelajahan manusia terhadap pengalamannya yg serba terbatas untuk memahami Allah Yang tak terbatas itu. Dan juga berbahaya ketika gereja mengatakan say good bye terhadap doktrin2x yang dibangun atau disimpulkan secara valid dari Alkitab. Kedua kondisi ini menjadi cela besar bagi masuknya materialisme, ajaran dan praktek new age movement, okultisme, LGBTQ, liberalisme, sekularisme dan segala macam doktrin2x palsu lainnya.
Mereka lupa bahwa menolak doktrin Alkitab adalah juga sebuah sikap yang bersifat doktrinal. Pernyataan bahwa doktrin gereja itu tidak perlu juga merupakan sebuah doktrin. Pernyataan dan sikap anti doktrin sudah begitu lama berkembang di banyak kalangan masyarakat awam tapi benihnya sudah nampak dalam pandangan banyak teolog moderen.Â
Maka tak heran hanya sedikit teolog yang serius menafsirkan Alkitab untuk mengetahui maksud Allah, sedangkan yang lainnya menganggap penafsiran Alkitab itu begitu gampangnya hanya dengan mencaplok teori2 sains sesuai selera mereka lalu memaksakan ayat ayat Alkitab untuk mendukungnya.Â
Di sisi lain ada lagi teolog2 lain yg hanya menekankan doa dan iluminasi Roh Kudus sehingga menganggap khotbah itu hal yg mudah dilakukan karena nanti akhirnya Roh Kudus yang berbicara melalui bibir mereka.Â
Lalu yang sisanya hanya menjadikan mimbar sebagai panggung hiburan untuk menghibur jemaat dengan pengalaman2x pribadi. Cerita keluarga, cerita masa lalu lebih ditekankan daripada apa kehendak dan pikiran Allah yang mau dinyatakan?