Mohon tunggu...
Andri Oktovianus Pellondou
Andri Oktovianus Pellondou Mohon Tunggu... Dosen - Saya senang dunia Filsafat, Sains, dan ilmu Sosial

Pengajar

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Allah Tritunggal

20 Juni 2022   17:55 Diperbarui: 22 Juni 2022   10:52 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ada beberapa kesalahan yang sering terdengar dalam pengajaran beberapa teolog mengenai ketritunggalan Allah :

1. Kesalahan dalam memilih analogi. Ada yang sudah tepat mengajarkan ketritunggalan Allah sebagai tiga pribadi dalam satu hakikat, tetapi analogi yang digunakan tidak tepat. Analogi yang digunakan adalah seorang ayah kalau di rumah org tuanya dia dipanggil anak oleh ortunya tapi di rumah tangganya dia dipanggil Bapa oleh anak anaknya. Analogi seperti ini tidak tepat karena tidak analog dgn pemahaman tiga pribadi dalam satu hakikat. Analogi ini justru berbicara soal satu pribadi tapi dengan banyak panggilan.

2. Kesalahan pemahaman soal ketritunggalan, yaitu ketritunggalan Allah tidak dipahami sebagai tiga pribadi dalam satu hakikat tapi dipahami sebagai satu Allah dalam tiga cara atau model. Ketika Dia menciptakan segala sesuatu maka Dia menyatakan diri dengan model Bapa, dan ketika Dia menjadi manusia maka Dia menyatakan dirinya sebagai Anak, dan ketika Dia menjadi seorang penolong dan penghibur maka Dia menyatakan diri sebagai Roh Kudus. Ajaran ini jelas menyimpang dari Alkitab karena Alkitab secara jelas menjelaskan bahwa ketritunggalan Allah itu merupakan tiga pribadi dalam satu hakikat. Allah itu satu tapi memiliki tiga pribadi. Ajaran bahwa Allah itu bukan tiga pribadi tetapi tiga cara atau tiga model sama persis dengan ajaran sesat dari Uskup Sabelius yang hidup pada abad ketiga. Ajaran Sabelius disebut dengan Modalisme. Sabelius mengajarkan bahwa Allah itu satu tapi menyatakan diri dengan tiga cara, model atau tiga peran.


Dalam kisah pembaptisan Yesus di Matius 3:13-17 secara jelas menunjukan perbedaan pribadi antara Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Saat pribadi Anak (Yesus) dibaptis, Dia sedang berada di dalam air. Pada saat yang sama, Roh Kudus (pribadi yang lain) turun seperti merpati. Dan Bapa (pribadi pertama) sedang berbicara dari sorga. Dari kisah ini jelas bahwa Allah tidak sedang bermain peran atau mengambil rupa dalam model yg berbeda beda tetapi jelas mereka tiga pribadi tetapi dalam hakikat yang satu yaitu Allah. Jadi Alkitab mengajarkan bahwa Allah itu satu tetapi memiliki tiga pribadi. Dalam Ulangan 6:4 dikatakan bahwa Allah itu Esa atau satu.

Ulangan 6:4, "Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!"

Tapi dalam ayat ayat lain dikatakan bahwa bukan hanya Bapa saja yang disebut Allah tetapi Yesus juga adalah Allah dan Roh Kudus juga Allah.  Dalam Yesaya 9:6, Yesus disebut sebagai Allah yang perkasa. Lalu di Yohanes 1:1, "Pada mulanya adalah Firman (Yesus/Anak), Firman itu bersama sama dengan Allah (Bapa) dan Firman itu adalah Allah". Roh Kudus bukanlah kekuatan/kuasa/energi dari Allah. Roh Kudus bukan something/sesuatu tetapi Roh Kudus adalah person/pribadi makanya dalam Yohanes 14:16, Roh Kudus disebut sebagai seorang penolong. Kata "seorang" jelas merujuk ke pribadi/person bukan something. Dalam doa Yesus di Yohanes 17, Yesus mengatakan bahwa Dia dan Bapa itu satu, yaitu satu hakikat (Allah) tetapi mereka dibedakan dalam hal pribadi. Doktrin ini benar karena Alkitab mengatakannya demikian. Ini bukan hasil generalisasi dari pengalaman empiris manusia yang terbatas tapi penyataan Allah sendiri. Allah yang memperkenalkan diri dalam Alkitab seperti itu.

Jadi ajaran Alkitab mengenai Allah yaitu bukan politheisme (banyak Allah) tetapi monotheisme (satu Allah). Ajaran Alkitab mengenai Allah juga bukan monotheisme modalisme yaitu satu Allah dengan tiga model atau cara seperti ajaran sesat Sabelius. Ajaran Alkitab yaitu monotheisme Tritunggal yaitu satu Allah dengan tiga pribadi. Apakah kepercayaan kita mengenai Tritunggal terdengar aneh??Ya mungkin aneh bagi orang yang memahaminya tetapi tidak aneh bagi yang memahaminya. Manusia biasanya aneh dengan hal hal baru yang tidak biasa dengan pikirannya karena manusia selalu menggunakan pengalaman indrawinya yang terbatas untuk menilai segala sesuatu. Kalau Allah harus menjadi sama dengan khayalan manusia baru manusia mau mempercayaiNya maka Dia bukan lagi Allah yang berdaulat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun