Mohon tunggu...
Andri Kurniawan
Andri Kurniawan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Tulislah apa yang kamu pikirkan, cintailah apa yang menjadi milikmu. Kita semua berjalan menuju kesuksesan dengan caranya masing-masing, sebab ada yang harus dinanti, didoakan, serta diusahakan.

Selanjutnya

Tutup

Surabaya Pilihan

Kampung Pecinaan Tambak Dalam, Saksi Sejarah Etnis Tionghoa di Surabaya

22 Agustus 2022   11:05 Diperbarui: 25 Agustus 2022   12:26 951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gapuran utama ketika masuk di Kampung Pecinaan Surabaya (sumber: kumparan.com)

Bicara soal Surabaya, sebuah kota yang berada di pesisir timur, yang sekaligus menjadi ibukota Provinsi Jawa Timur. Surabaya sendiri dikenal sebagai Kota Pahlawan dengan beragam kisah sejarah didalamnya, salah satunya momen 10 November 1945.

Saat itu, arek-arek Suroboyo berjuang keras mempertahankan wilayahnya dari gempuran tentara Inggris dan  NICA (Netherlands Indies Civil Administration). Bermodal persenjataan seadanya, mereka berjibaku membendung gempuran para penjajah yang telah dilengkapi senjata yang canggih. Meski begitu, berkat perjuangan keras, tumpah darah, dan doa seluruh rakyat Indonesia, Kota Surabaya sukses dipertahankan dari para penjajah.

Selepas pertempuran dashyat tersebut, setiap 10 November ditetapkan sebagai Hari Pahlawan Nasional.

Sejarah dan Perkembangan Etnis China di Surabaya
Seperti yang dijelaskan tadi bahwasanya Surabaya memiliki beragam kisah sejarah dan peninggalan yang masih sangat terjaga, salah satunya Kampung Cina atau Pecinan.

Etnis China mulai menetap di Indonesia diperkirakan sekitar abad 11, sekitar tahun 1000-an dengan tujuan sebagai tempat persinggahan para pedagang, dimana seperti yang kita ketahui posisi Indonesia sangatlah strategis, berada di jalur perdagangan dunia.

Tahun-tahun berikutnya, tepatnya pada abad-14, penduduk etnis China mulai menjelajahi lebih wilayah Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Pelan-pelan, mulai terbentuklah kawasan penduduk Tionghoa, seperti di daerah utara Jawa dan Surabaya.

Disisi lain, ada pemuka besar Tionghoa yang menyakinkan orang-orang nya bahwa tinggal di Indonesia, khususnya di Jawa merupakan pilihan yang tepat. Pemuka tersebut masyarakat kenal dengan nama Laksamana Cheng Ho.

Ekspedisi yang dilakukan Laksamana Cheng Ho di Jawa difokuskan di daerah timur, atau yang kita kenal sekarang sebagai Jawa Timur, tepatnya tahun 1405-1433. Cheng Ho adalah keturunan suku Hui, suku bangsa yang secara fisik mirip dengan suku Han.

Ekspedisi yang dilakukan Laksamana Cheng Ho di Jawa Timur akhirnya membawanya memeluk agama Islam, meski begitu, masih belum jelas mengenai hal tersebut. Banyak sejarahwan yang masih mencari sumber terpercaya terkait agama terakhir yang dianut oleh Laksamana Cheng Ho.

Bertahun-tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1900-an, orang-orang Tionghoa berbondong-bondong mulai masuk ke Jawa, terutama di Kota Surabaya. Disisi lain, saat itu Indonesia masih berada dikekuasaan Pemerintah Kolonial Belanda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Surabaya Selengkapnya
Lihat Surabaya Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun