Mohon tunggu...
Andri Kurniawan
Andri Kurniawan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Tulislah apa yang kamu pikirkan, cintailah apa yang menjadi milikmu. Kita semua berjalan menuju kesuksesan dengan caranya masing-masing, sebab ada yang harus dinanti, didoakan, serta diusahakan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pattimura: Sejarah yang Dikaburkan

26 Juli 2021   21:45 Diperbarui: 26 Juli 2021   22:02 2238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambaran sosok Pattimura (sumber ilustrasi: m.daihatsu.co.id)

Maluku, daerah yang sarat akan nilai budaya dan sejarah. Masih adanya penduduk yang memegang kepercayaan terhadap roh-roh halus menjadi salah satu bukti bahwa mereka masih sangat menghormati keyakinan nenek moyang. Meski begitu, sekarang ini, umumnya masyarakat Maluku sudah memeluk agama Nasrani dan Islam. 

Selain kebudayaannya, Maluku juga syarat akan nilai sejarah, khususnya nilai kepahlawanan. Sebut saja Pattimura atau Thomas Matulessy. Siapa yang tidak kenal beliau, sosok pahlawan dari Timur yang diabadikan dalam lembaran kertas uang 1.000 rupiah.

PERJUANGAN THOMAS
Thomas Matulessy, mendengar namanya saja mungkin sebagian orang berpikir bahwa ia merupakan seorang non muslim. Padahal anggapan tersebut tidaklah benar. Sebab, nyatanya Thomas Matulessy merupakan seorang muslim, malahan beliau adalah seorang habib yang taat beragama.

Thomas Matulessy lahir pada 8 Juni 1783 di Hualoy, Seram Selatan, Maluku dan meninggal di Ambon, Maluku pada 16 Desember 1817. Selama hidupnya, beliau terkenal sebagai pahlawan yang gigih.

Ia merupakan anak dari pasangan Frans Matulessia (ayah) dan Fransina Silahoi (ibu). Kakek Pattimura merupakan salah satu putra Raja Kesultanan Sahulau bernama Kasimilia Pattimura Matulessy. Ia merupakan pejuang Maluku yang selama hidupnya berjibaku melawan VOC Belanda, mengingat Belanda sendiri menjajah Indonesia kurang lebih selama 350 tahun.

Bersama pasukan Kerajaan Ternate dan Tidore, Thomas menggalang persenjataan seadanya dan membentuk pasukan persatuan melawan Belanda dengan membuat benteng-benteng pertahanan dan markas tersembunyi.

Sampai pada tahun 1817 di Saparua, Thomas diberi gelar "Kapitan Pattimura" karena kegigihannya melawan Belanda. Peperangan di Saparua ini membuat benteng Duurstede jatuh ditangan pasukan Pattimura, selain itu, pada perang ini, Resident Van de Berg tewas.

Namun, ternyata Belanda tidak serta merta menyerah begitu saja, mereka berencana melakukan penyergapan terhadap pasukan Pattimura. Sampai pada suatu hari, di Siri Sori, Maluku, tepatnya saat pasukan Pattimura berada di sebuah rumah, tiba-tiba dari segala arah mereka disergap oleh Belanda. Pattimura dan pasukannya pun tidak siap. Mereka pun tertangkap dan dibawa ke markas VOC. Belanda yang sudah gelap mata akhirnya langsung menjatuhi Pattimura dan pasukannya hukuman gantung.

Pada 18 Desember 1817 di Ambon, seluruh pasukan Pattimura dibunuh di tiang gantung. Ia pun dianugrahi gelar Pahlawan Nasional sebagai bentuk penghormatan.

ACHMAD
Setelah membahas perjuang Pattimura, mari kita mengulik sedikit polemik yang terjadi mengenai sosok Pattimura. Seperti yang disinggung tadi, Thomas Matulessy ternyata adalah seorang muslim yang taat, ia diketahui bernama Achmad Matulessy.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun