Mohon tunggu...
Andri Pratama Saputra
Andri Pratama Saputra Mohon Tunggu... Bankir - Seorang yang ingin selalu belajar dan saling berbagi pengetahuan

Seorang yang ingin selalu belajar dan saling berbagi pengetahuan #RI #BudayaReview

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Pembangunan Perekonomian Pra Krisis di Korea Selatan

28 Desember 2022   10:00 Diperbarui: 28 Desember 2022   10:05 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.money.kompas.com

Pembangunan merupakan sebuah proses dalam mencapai kondisi yang lebih baik, dengan adanya pembangunan, diharapkan terdapat adanya perubahan yang ingin dicapai. Namun, proses pembangunan tidaklah mudah karena memiliki permasalahan sendiri dan diperlukan adanya perencanaan yang matang dari hulu ke hilir termasuk di Korea Selatan. Munandar (2000) menjelaskan salah satu negara yang mampu mentransformasikan perekonomiannya adalah Korea Selatan (Korsel). Korsel memiliki pendapatan tinggi dalam 1 generasi meskipun miskin sumber daya akam. Korsel memilkiki modal perindustrian, angka melek huruf, keinginan untuk sukses, dan aliansi pemerintah dan swasta.

Korsel (Republik Korea) adalah belahan selatan dari semenanjung Korea yang memiliki pegunungan ujung Timur Laur Daratan Cina yang membatasi Laut Kuning dan Jepang. Dan hanya mempunyai tapal batas dengan Korea Utara. Korsel memiliki penduduk hampir 46 juta jiwa dengan kepadatan termasuk tertinggi di dunia bahkan melampaui Jepang dan India.

Selama 40 tahun, pertumbuhan ekonomo Korsel dapat bangkit dari negara termiskin di dunia tahun 1990 an menjadi salah satu negara terkaya dan dimasukkan ke dalam Organisasi Kerja Sama dan Pengembangan Ekonomi (OECD). Pemisahan Korsel dan Korut menciptakan 2 sistem politik yang bertentangan dan 2 unie ekonomi yang kinerjanya kontras. Korut memiliki SDA yang kaya dan sebagian sumber mineral dan listrik dibangun Jepang selama periode penjajangan Semenanjung Korea. Sedangkan Korsel, tidak memiliki banyak SDA yang subur tetapi memiliki SDM terampil. Korsel merombak proses pembangunannya sejak perang dengan Korut.

SDA yang dimiliki Korsel hanya tungsten, besi, kapur, dan grafit sehingga energy adalah salah satu permasalahan disana. Program pembangkit listrik nuklir sangat terprogram disana dan dioperasikan sejak 1994 dan dibangun dengan proses yang matang. Korsel telah menjadi swasembada pangan pada 1977 dan meningkatkan keperluan pokoknya melalui serangkaian kegagalan panen yang menyebabkan negara menjadi pengimpor neto. Perekonomian di Korsel menjadi lebih matang yang jika dibandingkan dengan kondisi pada decade 1960-1970 mencapai kemajuan yang signifikan.

Pertumbuhan industry Korsel sangat mengesankan ketika awal 1960 an dan memberlakukan serangkaian reformasi ekonomi mendasar dan menyeluruh dalam mempromosikan ekspor dan sektor industry ringan. Pemerintah menempuh langkah dalam mereformasi mata uang, mengenalkan perencanaan ekonomi fleksibel, dan pemantapan lembaga keuangan. Sumber pertumbuhan ekonomi ditelusuri dari kombinasi faktor ekonomi dan sosial, pendidikan, melek huruf, dan reformasi ekonomi termasuk reformasi pertanahan dalam mengembangkan sektor industry padat karya, penghapusan impor, kerja sama pemerintah dan swasta, dan otonomi sistem perbankan.

GNP Korsel tahun 1963-1978 meningkat sebesar 10%-11% pertahun dan produksi yang meningkat. Dalam 2 dasawarsa GNP mencapai $100 per tahun pada 1963 menjadi @10.000 per tahun.

Setelah sempat hancur pada 1979 karena perang saudara, perekonomian di Korsel mulai bangkit dan benar pulih pada 1983 berkat mitra Amerika Serikat. Dalam perencanaan ekonomi negara mengoubah penekanannya dari pertumbuhan ekonomi setinggi mungkin menjadi ekonomi yang stabil. Ekonomi di Korsel tumbuh pada 1986-1988 dengan mencetak ekspor 15% per tahun kenaikannya. Pemerintah Seoul juga mampu menangani utang luar negeri pada 1992 dan angka kumulatif mencapai $42 milliar dab mencapai pendapatan per kapita 7,6% pada 1985-1995.

Korsel adalah negara dagang terbesar kesepuluh dan pada 1995 pendapatannya mencapai $8.356 yang berpendapatan menengah dan tinggi. Pada 1965-1996 ekspor meningkat menjadi 16% pertahun dan investasi besar di bidang modal, tabungan domestic, dan pendidikan serta meningkat produktivitas tenaga kerja pada 1960 dengan 11% pertahun. Ekspornya telah menggeser pembangunan yaitu menggeser sektor ringan seperti tekstil dan sepatu, teknologi padat modal, dan padat kealian.

Sebagai negara yang tumbuh pesat, Korsel menjadi teladan meskipun nilai won anjlok ketika krisis dan mendapatkan bantuan untuk bangkit kembali. Korsel memasukkan program perbaikan pasar secara radikal termasuk masalah perekonomian yang didominasi oleh birokrasi dan pembentukan biro pengawas keuangan, perbaikan masalah keuangan, penghapusan pembatasan suku bunga, dan konglomerasi besar.

Daftar Pustaka

Munandar, Haris. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun