Halo, teman-teman pembaca!
Denger kata "sandwich", apa yang kebayang? Roti empuk dengan isian daging, keju, dan sayuran yang lezat, kan? Pokoknya enak, deh. Tapi, gimana kalau istilah ini dipakai buat ngegambarin kondisi keuangan seseorang? Wah, ternyata ceritanya jadi beda 180 derajat.
Di dunia ekonomi dan sosial, ada lho istilah "Generasi Sandwich". Namanya sih keren, tapi percayalah, rasanya nggak seenak yang kita bayangkan. Malah, bisa dibilang pahit.
Jadi, Siapa Sih 'Generasi Sandwich' Ini?
Bayangin deh roti lapis (sandwich). Ada roti di bagian bawah, isian di tengah, dan roti lagi di atas.
Nah, Generasi Sandwich itu adalah mereka yang jadi isian di tengah. Mereka terjepit. Di satu sisi (roti lapis bawah), mereka harus menanggung biaya hidup orang tua mereka yang mungkin sudah pensiun dan tidak punya penghasilan. Di sisi lain (roti lapis atas), mereka juga harus membiayai kebutuhan keluarga mereka sendiri, terutama anak-anaknya.
Kebanyakan yang merasakan ini adalah generasi milenial dan Gen Z awal yang baru mulai kerja. Gajinya mungkin baru UMR atau sedikit di atasnya, tapi tanggungannya sudah serasa manajer senior. Pusing, kan?
Kenapa Fenomena Ini Makin Banyak di Sekitar Kita?
Kamu mungkin lihat kakakmu, sepupumu, atau bahkan kamu sendiri mulai merasakan gejalanya. Kok bisa, ya?
- Bakti Pada Orang Tua: Di budaya kita, merawat orang tua di hari tua adalah sebuah kehormatan dan kewajiban. Ini adalah nilai yang sangat mulia, tapi sering kali tidak diimbangi dengan persiapan finansial yang matang.
- Kurangnya Literasi Keuangan Generasi Sebelumnya: Jujur saja, orang tua kita mungkin dulu belum kenal investasi, dana pensiun, atau asuransi seperti sekarang. Fokus mereka adalah menyekolahkan kita setinggi-tingginya.
- Biaya Hidup Makin Nggak Santai: Harga kebutuhan pokok, biaya pendidikan anak, biaya kesehatan, semuanya merangkak naik. Ini membuat beban si "isian sandwich" jadi makin berat.
"Oke, Aku Paham. Terus Gimana Caranya Biar Aku Nggak Jadi Sandwich Berikutnya?"