Mohon tunggu...
Andre Vincent Wenas
Andre Vincent Wenas Mohon Tunggu... Konsultan - Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bila Anies Tamat, Siapa Ambil Manfaat?

22 November 2020   14:58 Diperbarui: 22 November 2020   15:08 4296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anies pun sudah dikenal oleh para sponsor sebagai figur yang sangat oportunis, apa saja dan pihak mana pun oke saja asalkan bisa mendudukan dia di kursi presiden.

Deal politik seperti apa pun ya oke saja, asal bisa mengantar dia ke kursi presiden. Setelah itu silahkan saja bancakan sesukanya seperti apa yang sudah ia buktikan di DKI Jakarta. Kinerja seperti ini bakalan cocok di mata koalisi-konspirasi 3C (Cendana-Cikeas-Chaplin).

PDIP punya Gandjar Pranowo, walau sayangnya ia tidak berdarah biru di lingkungan partainya. Tri Risma Harini, yang juga tidak berdarah biru bisa jadi kuda hitam untuk melawan Anies. Putri mahkota Puan Maharani sangat tidak menjanjikan, kinerjanya dulu sebagai menko juga sayup-sayup hampir tak terdengar.

Gerindra akan tetap dengan penantang abadi Prabowo Subianto. Sandiaga Uno akan flexible, ia sempat ditawari jadi Ketum PPP, tapi belum jelas kelanjutannya.

Golkar, Airlangga Hartarto masih punya banyak pekerjaan rumah untuk mendongkrak elektabilitasnya. Golkar yang dikenal sebagai mesin politik paling berpengalaman sudah gerak cepat dengan menawari Rizieq Shihab untuk bergabung, entah sebagai apa.

Partai Demokrat yang sedang menyelam, namun tetap memasang periskopnya ke permukaan, mengintip segala kemungkinan dengan sikap politik yang juga oportunis. Sang putra mahkota AHY biar bagaimana pun mesti dapat kursi jabatan. Begitu kabarnya. Sebagai bagian dari koalisi-konspirasi 3C nampaknya Partai Demokrat masih ada suara, walau serak-serak basah.

PSI nekat, walau tak punya kursi di DPR-RI periode 2019-2024, tetap menggadang Giring Ganesha sebagai calon presiden. Meski dianggap cuma sebagai gimmick politik, PSI terus merangsek. Kita lihat saja nanti, apakah elektabilitas Giring Ganesha bisa terus naik, lantaran dari hasil survey elektabilitas baru-baru ini ia bisa mengungguli beberapa tokoh lain yang nyatanya jauh lebih senior.

Manakala masyarakat jengah dan muak dengan kondisi partai-partai politik yang ada, siapa tahu kandidat yang ditawarkan PSI bisa punya nilai jual. Wallahualam.

Gatot Nurmantyo tak punya partai, dan parpol yang ada pun nampaknya masih menimbang-nimbang manfaat dan mudaratnya untuk menggadang Gatot Nurmantyo.

Upaya jual dirinya lewat kehebohan ulah KAMI (Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia) tidak membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Koalisi-konspirasi 3C juga mungkin masih perlu memoles figur Gatot Nurmantyo lebih lanjut.

Masyarakat akal sehat dan yang berjiwa nasionalis tentu saja gembira dengan banyaknya pilihan. Tinggal saja kita bisa memilih yang terbaik diantara yang baik-baik. Kalau ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun