Mohon tunggu...
Andre Vincent Wenas
Andre Vincent Wenas Mohon Tunggu... Konsultan - Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bila Anies Tamat, Siapa Ambil Manfaat?

22 November 2020   14:58 Diperbarui: 22 November 2020   15:08 4296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengapa anggota parlemen lain tidak ada yang mau menginterpelasi Anies Baswedan?

Gerindra tentu saja gamang, lantaran dulu partai inilah yang menggadang Anies Baswedan bersama Sandiaga Uno (juga dari Gerindra). Namun melihat gelagat Anies yang juga mengincar posisi di Pilpres 2024 maka Gerindra juga mesti punya rencana kontingensi lainnya.

Bisa-bisa Gerindra mengganggap figur Anies ini seperti memelihara anak macan. Setelah besar bakal memakan dia yang dulu memeliharanya.

PDIP tak jauh beda, walau Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri sudah protes tentang amburadulnya Jakarta sejak dipimpin Anies, namun Ketua DPRD DKI Jakarta dan semua anggota fraksi PDIP di parlemen Jakarta seperti budeg dan menganggap protes Megawati itu bagai angin lalu saja. Ada apa?

Ada banyak spekulasi juga. Konstelasi politik kontemporer di Indonesia memang sangat dinamis. Dan tentu saja pekat dengan kepentingan kelompok, partai dan faksi-faksi di dalam partai, maupun pengusaha yang punya aspirasi untuk jadi penguasa.

Beberapa nama mulai digadang-gadang untuk bisa bertarung di PIlpres 2024. Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, Gatot Nurmantyo, Giring Ganesha, Anies Baswedan, Tri Risma Harini, Erick Thohir, Sri Mulyani Indrawati, Airlangga Hartarto, Puan Maharani, Sandiaga Uno, dan masih ada beberapa nama lain yang sedang mem-branding dirinya agar terlihat pantas untuk jabatan RI-1.

Di belakang mereka tersebut pula beberapa skenario king-maker. Ada konspirasi dari koalisi 3C (Cendana-Cikeas-Chaplin). Dan tentu saja ada agenda politik dari masing-masing parpol 'besar' seperti PDIP, Gerindra, Golkar, Nasdem, PKS dan Demokrat. Diikuti parpol lain yang lebih 'kecil' yang siap berkoalisi asal 'deal'-nya cocok. Itu semua saling berkelindan satu sama lain dengan prinsip simbiose mutualisme.

Belajar dari kasus inisiatif Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di parlemen Jakarta untuk menginterpelasi Gubernur Anies Baswedan, kita bisa melihat dengan amat gamblang bagaimana kooptasi kekuasaan telah membuat parpol-parpol lain kelu. Kok mereka bisa jadi lunglai di hadapan seorang Anies Baswedan.

Siapa Anies? Atau mungkin lebih tepat pertanyaannya, ada siapa di belakang Anies? Jadi jelas bahwa Anies ini juga cuma alat, cuma boneka dari para bandarnya.

Kasus inisiatif interpelasi dari PSI ini bisa jadi semacam stetoskop yang bisa mendeteksi detak politik saat ini. Ternyata kehadiran Anies itu 'membawa manfaat' bagi mereka yang lunglai dihadapannya. Manfaat apa? Yah hanya Tuhan dan dompet merekalah yang tahu.

Untuk menuju 2024 kabarnya Anies bakal digadang oleh Nasdem-PKS (dan mungkin demokrat, asal 'deal'-nya cocok). Dan figur Anies ini dipandang bisa jadi ikon untuk memainkan politik identitas lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun