Donald Trump vs Joe Biden, Apa Untungnya Buat Indonesia?
Oleh: Andre Vincent Wenas
Memang lagi jadi pusat perhatian dunia, semua mata dan telinga terpasang lebar-lebar. Siapa yang bakal jadi presiden Amerika Serikat berikutnya, apakah Donald Trump atawa Joe Biden.
Banyak pengamat memperkirakan Partai Demokrat bakal berhasil membajak momentum pandemic ini untuk memenangkan Joe Biden. Apalagi pernah terjadi kasus SARA (persekusi warga kulit hitam) di AS beberapa waktu lalu. Sentimen sebagian warga pastilah mulai bersimpati pada Joe Biden.
Namun pesta demokrasi di negara yang katanya induk demokrasi itu apa relevansinya buat kita? Atau istilah gampangnya, rivalitas Donald Trump (Partai Republik) dengan Joe Biden (Partai Demokrat) itu apa untungnya buat Indonesia?
Itulah topik perbincangan saya beberapa saat lalu dengan seorang intelektual yang juga pemerhati ekonomi politik, Christianto Wibisono. Ia yang dulu pernah mendirikan dan memimpin Pusat Data Bisnis Indonesia (PDBI), pernah juga ikut mendirikan Majalah Tempo dan menulis banyak sekali artikel serta buku.
Pemenang dari kontestasi (persaingan) kedua partai (Republik vs Demokrat) atau pun kandidat presiden (Donald Trump vs Joe Biden) dan wakil presiden (Mike Pence vs Kamala Harris) memang sedikit banyak akan membawa warna masing-masing dalam kebijakan-kebijakannya nanti.
Sesuai tradisi, Partai Republik yang lebih konservatif tentu akan berbeda nuansa kebijakannya dengan Partai Demokrat yang cenderung lebih liberal.
Namun dalam konteks hubungan internasional dengan Indonesia, menurut pengamatan Christianto Wibisono, akan lebih kuat dipengaruhi oleh faktor geo-politik (posisi geo-strategis kita), dan tentu saja amat sangat tergantung dari bagaimana kita bersikap dan bertindak.
Kita (Indonesia) pasca kunjungan Menlu Pompeo kabarnya memperoleh perpanjangan GSP (General System of Preference). Itu semacam fasilitas bebas bea untuk barang-barang Indonesia yang diekspor ke AS. Untuk berapa lama perpanjangannya? Itu tergantung ketetapan yang bakal ditentukan oleh Kongres Amerika Serikat. Yang jelas tidak untuk selamanya.
Tapi kita jangan lupa juga untuk mengevaluasi ketat berapa besar keuntungan yang sudah kita peroleh dari fasilitas itu. Untuk memberi gambaran (perspektif) yang lebih gamblang, kita bikin saja perbandingan dengan negara tetangga Vietnam. Bagaimana kinerja (performance) Vietnam dibanding Indonesia dalam mengapitalisasi fasilitas GSP itu?