Mohon tunggu...
Andre Vincent Wenas
Andre Vincent Wenas Mohon Tunggu... Konsultan - Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Nikel Punya Kita, Mau Ekspor atau Tidak Ya Suka-suka Kita!

6 Juni 2020   22:56 Diperbarui: 7 Juni 2020   10:36 2986
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Oleh: Andre Vincent Wenas

Apa kata dunia? Ya apa kata dunia soal tambang nikel Indonesia? Ini yang mesti kita pahami dulu. Ada udang di balik batu. Ada bisnis besar kelas dunia di balik tambang nikel.

Coba kita tilik ketiga kondisi berikut.

Kondisi pertama, stok nikel dunia sedang turun dramatis. Kenapa stok bisa turun? Ya lantaran permintaan lebih besar dari pasokan, dan akan demikian terus kecenderungannya. Hmm... ini khan peluang besar buat Indonesia sebagai produsen nikel, ya nggak?

Kondisi kedua, penggunaan nikel selama ini yang terbesar adalah untuk industri besi baja, khususnya pembuatan besi nir-karat (stainless steel). Hampir 70% penggunaan nikel di dunia adalah untuk itu. Dan selama ini Indonesia mengekspor 98% nikelnya ke salah satu produsen stainless steel terbesar dunia: Tiongkok.

Kondisi ketiga, semakin maraknya penggunaan baterai untuk mobil listrik. Pertumbuhan permintaan (demand) di sektor ini luar biasa cepat kenaikannya. Ini bisnis besar di masa depan yang tidak terlalu lama lagi (2035 -- 2050) begitu estimasinya.

Wow... benar-benar ada udang lobster di balik biji nikel. Dan Indonesia -- kalau cerdas -- tentu punya peluang (potensi) besar di tingkat dunia untuk berperan dan ambil posisi yang menguntungkan. Menguntungkan demi kemaslahatan rakyat banyak, bukan demi kemaksiatan mafia-ekonomi dong ya.

Bakal ada defisit pasokan (supply-gap) nikel di pasaran dunia. Artinya secara ekonomis harganya pun akan melambung. Dan kalau saja Indonesia dengan cadangan SDA nikel yang salah satu terbesar di dunia bisa membangun industri turunan (hilirisasi) dan derivatifnya, bukan main luar biasanya!

Ini bukan mimpi di siang bolong, tapi bakal jadi bolong kalau pemerintah (otoritas negara) tidak bertindak tegas terhadap setiap upaya pembocoran. Kita juga harus cekatan dan trengginas dalam merealisasikan industri smelter dan hilirisasi lainnya.

Jangan sampai kalah oleh konspirasi mafia-ekonomi yang dengan kepentingan sempit (egosentris)nya hanya memikirkan perutnya sendiri dengan menghalangi proyek besar hilirisasi, misalnya yang di Morowali dan atau di tempat lainnya.

Seperti sudah kita ketahui juga, para mafia-ekonomi ini akan terus berupaya dengan berbagai cara, mulai dari isu TKA Cina lah, isu Komunisme lah, Aseng lah, utang lah, dan berbagai isu norak lainnya. Semata demi menghalangi proyek hilirisasi yang bisa menciptakan nilai tambah buat bangsa. Berbagai instrumen ormas dan buruh bayaran pun akan dikerahkan untuk mendiskreditkan proyek strategis ini.

Tapi jangan takut. Maju terus, labrak segala premanisme yang selama ini jadi benalu penghisap rejeki rakyat banyak. Distribusi keadilan sosial memang akan senantiasa mendapat perlawanan dari ego murahan para penjahat ekonomi berbaju dinas maupun berjubah ormas. The show must go on, sikat saja!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun