Mohon tunggu...
Andre Vincent Wenas
Andre Vincent Wenas Mohon Tunggu... Konsultan - Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Simpati Buat Teman-teman Pemandu Wisata Indonesia

25 Maret 2020   23:26 Diperbarui: 25 Maret 2020   23:25 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Andre Vincent Wenas

Indonesia sempat menargetkan 20 juta wisman (wisatawan mancanegara) di tahun 2020 ini. Dan terhadap target ambisius ini sudah banyak persiapan yang dilakukan.

Mulai dari persiapan mitigasi kerusakan lingkungan dalam mengakomodasi kedatangan jutaan turis ke berbagai destinasi wisata.

Sampai persiapan infrastruktur yang memadai agar kenyamanan wisman tersebut bisa terjamin saat menikmati setiap momen keberadaannya di Indonesia.

Pokoknya kerja keras sudah dimulai dan sedang terus dikerjakan. Pariwisata jadi salah satu andalan yang diharapkan jadi penghasil devisa negara.

Waktu  itu menteri pariwisata Wishnutama pernah menjelaskan spending wisman yang berkunjung di Indonesia kira-kira USD1.220, sementara di Selandia Baru hampir USD5.000 per kedatangan.

Artinya, kualitas wisatawan yang datang ke Selandia Baru lebih tinggi, walaupun jumlah wisatawannya cuma empat juta, jauh lebih sedikit dibanding yang berkunjung ke Indonesia. Ini tantangan juga bagi kita untuk meningkatkan kualitas di atas kuantitas wisman.

Data Kementerian Pariwisata pada Februari 2018 mencatat bahwa pengeluaran (spending) turis asing Timur Tengah per orangnya mencapai USD1.918 per kunjungan.

Jumlah spending ini mengalahkan wisatawan dari Eropa sebesar USD1.538/wisman/kunjungan. Sedangkan wisman dari Tiongkok  mengeluarkan USD1.019. Jika urutannya ialah Timur Tengah, Eropa, lalu Tiongkok. 

Tantangan ada, tapi yang lebih penting adalah bagaimana mentransformasikan tantangan ini jadi peluang. Dan sekarang kita punya modal waktu luang yang cukup banyak.

Sehingga pertanyaan yang penting saat ini adalah bagaimana kita mengkapitalisasi waktu luang ini sebagai kesempatan untuk berpikir kreatif dan keluar dari himpitan masalah.

Walau sementara ini SAH (stay at home) dan WHF (work from home), tetaplah semangat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun