Mohon tunggu...
Andre Vincent Wenas
Andre Vincent Wenas Mohon Tunggu... Konsultan - Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Komunisme, Kapitalisme, Teknologisme: Jalan Antara Menuju Ekonomi Pancasila?

6 Januari 2020   14:53 Diperbarui: 6 Januari 2020   18:22 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari Sensus Ekonomi 2016 dilaporkan ada sekitar hampir 27 juta entitas perusahaan di Indonesia. Dimana 98% (sekitar 26 juta lebih) adalah berbentuk usaha kecil dan mikro (UKM), dan 2% sisanya (sekitar 450 ribu entitas) berbentuk usaha menengah dan besar.

Sebaran sektor usaha  ini masih terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Sumatera, hampir 80%. Sisanya 20% tersebar di luar Jawa-Sumatera.

Presiden Joko Widodo sudah mensinyalir bahwa APBN 2020 hanya berkontribusi 14,5% dari PDB. Maka ketiga soko-guru dan mesin ekonomi bangsa ini mesti aktif-kreatif bergerak untuk memicu dan memacu kinerjanya secara optimal. Pemerintah menyiapkan infrastruktur regulasi hukum yang, pasti, adil dan kondusif bagi publik (pengusaha dan pelanggan) agar platform bermainnya menjadi simetris.

Ditengarai pula masih banyak regulasi hukum yang silang sengkarut alias saling bertentangan. Maka inisiatif Omnibus-Law menjadi relevan untuk segera diaktualisasikan.

Trio soko-guru perekonomian bangsa, BUMN, Koperasi dan Swasta adalah kombinasi tiang perekonominan bangsa yang mesti dirawat dan diperkokoh terus.

Sebetulnya kita sudah lebih maju secara konseptual dengan mengajukan ide tentang Ekonomi Pancasila yang tiang perekonomiannya terdiri dari tiga unsur: BUMN/BUMD, Koperasi dan Swasta. Tinggal pelaksaanaannya secara profesional mesti dilakukan dengan disiplin yang tinggi. Konsistensi dan persistensi adalah kunci sukses yang mengikuti inovasi dan kreativitas bisnis modelnya.

Runtuhnya Komunisme Uni-Soviet dan Tiongkok, serta gagalnya sistem pasar-bebas ala Kapitalisme Amerika Serikat yang kemungkinan besar juga akibat disrupsi dari perkembangan teknologi membawa kita kepada suatu kondisi untuk berpikir ulang tentang sistem perekonomian yang cocok bagi Indonesia (dan mungkin juga bagi dunia).

Suatu sistem perekonomian yang bisa membawa bonum-commune (kemaslahatan bersama) menjadi realitas bersama. Suatu sistem perekonomian yang disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.  Dimana cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

Dimana bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Suatu sistem perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip  kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

Itulah yang kita kenal sebagai sistem Eknonomi Pancasila.

Komunisme, Kapitalisme, Teknologisme, apakah ketiganya merupakan jalan antara yang membawa (bahkan memaksa) kita ke arah Ekonomi Pancasila?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun