Mohon tunggu...
Andre Saputra
Andre Saputra Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kota Baru, Solusi untuk Bandung yang Tidak Layak Huni

11 Desember 2017   20:14 Diperbarui: 11 Desember 2017   20:27 1381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Provinsi Jawa Barat, sekaligus menjadi ibu kota provinsi tersebut. Kota ini terletak 140 km sebelah tenggara Jakarta, dan merupakan kota madya terbesar kedua di Indonesia setelah Surabaya menurut jumlah penduduk. Selain itu, Kota Bandung juga merupakan kota terbesar di wilayah Pulau Jawa bagian selatan. Sedangkan wilayah Bandung Raya, wilayah metropolitan yang terdiri dari Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kota Cimahi,Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Sumedang merupakan metropolitan terbesar ketiga di Indonesia setelah Jabodetabek dan Gerbangkertosusila.

Bandung, konon katanya adalah kota yang sangat nyaman untuk dihuni. Berbagai daya tarik menjadi alasan pendatang untuk menetap di Ibukota Provinsi Jawa Barat ini. Berada di dataran tinggi, kualitas pendidikan yang mumpuni,pusat seni dan budaya, serta biaya hidup yang murah adalah alasan mengapa banyak orang ingin menetap di Kota Kembang. Selain itu, terdapat banyak tempat wisata yang terjangkau, pertumbuhan ekonomi yang baik dan keramahan penduduk asli membuat Kota Bandung menjadi tujuan utama urbanisasi, terutama bagi penduduk yang berada di Priangan Timur yang meliputi Tasikmalaya, Garut, Ciamis, Banjar, dan Pangandaran.

Namun, daya tarik Kota Bandung justru menjadi boomerang bagi Bandung sendiri. Laju pertumbuhan penduduk yang mencapai 2% membuat Bandung kian padat. Dengan luas wilayah yang hanya 167,30 km, Bandung memiliki kepadatan 14.316 per km dengan jumlah total penduduk 2,395 juta (2010) dan menjadikan Kota Bandung sebagai kota terpadat kedua di Indonesia.  Apalagi, setiap libur lebaran penduduk Kota Bandung selalu meningkat. Tercatat pada libur lebaran 2017 ada 10% penduduk yang datang ke Bandung. Jika hal ini dibiarkan, tentunya Bandung kian tidak layak untuk dihuni.

Memang, berbagai antisipasi dan solusi sudah dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung. Berbagai kebijakan yang inovatif mampu diciptakan sebagai usaha memperbaiki masalah yang kompleks ini. Yang terbaru, Pemerintah Kota Bandung meluncurkan aplikasi di bidang kependudukan bernama e-PunTen. E-PunTen merupakan singkatan dari Pendaftaran Penduduk Tidak Permanen. Dalam bahasa Sunda, 'Punten' berarti permisi. Aplikasi itu ditujukan untuk para warga pendatang yang tinggal sementara di Kota Bandung tanpa mengubah Kartu Tanda Penduduk (KTP). Namun, sepertinya masih harus dilakukan solusi-solusi yang dapat menekan angka migrasi dan laju pertumbuhan penduduk Kota Bandung.

Salah satu solusi yang sempat mencuat adalah pengembangan kota baru untuk menopang kegiatan ekonomi dan kepadatan penduduk yang digagas oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Kota ini nantinya akan dibangun diantara Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Purwakarta, dan didirikan diatas lahan seluas 2.800 hektare milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII di Cikalong Wetan. Kota ini nantinya akan dilewati oleh kereta api cepat Bandung - Jakarta. Selain itu 70% lahan kota nantinya akan digunakan untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH). Dan diperkirakan, butuh waktu hingga lima tahun untuk membangun kota ini menjadi sebuah kawasan baru.

Tentunya besar harapan masyarakat Jawa Barat, Kota Baru ini dapat selesai sesuai rencana dan bisa menjadi pusat ekonomi baru di Jawa Barat dan juga menjadi tempat baru untuk para pendatang, serta juga mencegah kian padatnya Kota Bandung.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun