Mohon tunggu...
Andreas Palupessy
Andreas Palupessy Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Presiden Jangan Ikuti Saran Rizal Ramli

25 September 2018   19:44 Diperbarui: 25 September 2018   19:51 776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : dokumen pribadi

Polemik impor beras yang terjadi kemarin sebetulnya bukan masalah antara Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dengan Direktur Utama Badan Urusan Logistik Budi Waseso.

Bila kita mau jernih melihat persoalan, sebetulnya pangkal soal dari impor beras kemarin adalah belum mampunya sektor pertanian dalam negeri memproduksi beras sebanyak yang kita butuhkan. Sepanjang sejarah, Indonesia baru sekali mengalami swasembada beras. Yaitu di tahun 1985, tiga puluh tiga tahun yang lampau.

Faktanya demikian. Kalaupun pernah swasembada lagi, itu baru sekadar klaim. Yakni pada 2016 lalu, ketika Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengklaim bahwa Indonesia swasembada beras, berdasarkan angka ramalan yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik. Harus digarisbawahi, klaim swasembada itu berdasarkan 'angka ramalan' produksi.

Menyalahkan Menteri Perdagangan, apalagi Direktur Utama Bulog karena kebijakan impor mereka, sama saja dengan berteriak di hilir. Sedangkan di hulu, tidak dilakukan apa-apa. Kelakuan semacam ini persis dengan yang dilakukan oleh Rizal Ramli.

Mantan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman itu sering sekali menyalak agar Presiden Joko Widodo memecat Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. Bahkan, di depan publik, Rizal juga mengeluarkan kata umpatan untuk Enggar.

Aksi Rizal Ramli ini tentu tak lepas dari motif tertentu. Karena ia hanya menyalahkan pihak di hilir yang kecipratan konsekuensi dari ketidakbecusan Menteri Pertanian. Menurut salah seorang eksponen gerakan 1998, kelakuan Rizal itu mesti dimaklumi. Faisal Assegaf, sang aktivis, melihat kelakuan Rizal sebagai mental orang pecatan. Oleh karena itu, ia gemar sekali tuding sana-sini sambil bilang pecat sana-sini.

Kalaupun ada yang bisa pemerintah lakukan, itu bukanlah menegur Kementerian Perdagangan atas kebijakannya mengimpor bahan pangan. Akan lebih baik lagi bila pemerintah fokus untuk makin memperbaiki sektor pertanian kita.

Perbaiki saluran irigasi. Perlancar distribusi benih dan pupuk. Rencanakan dengan baik distribusi alat dan mesin bantuan pertanian (Alsintan) sehingga penyalurannya tepat sasaran. Dan satu lagi, bilang pada Menteri Pertanian, Stop Pencitraan!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun