Mohon tunggu...
Andreas Palupessy
Andreas Palupessy Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Rizal Ramli, Barisan Sakit Hati

10 September 2018   15:41 Diperbarui: 10 September 2018   15:55 817
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: dokumen pribadi

Sudah hal lumrah, bila kita sakit hati setelah putus hubungan dengan pasangan. Segala hal baik, berubah menjadi hal buruk. Tak jarang, kita mengumbar keburukan atau mengada-adakan kelakuan buruk dari mantan pasangan kita.

Fenomena putus cinta ini juga sepertinya berlaku dalam urusan kerja, atau bahkan politik.

Rizal Ramli, mantan menteri Presiden Jokowi, kini makin gencar mencaci pemerintah. Kritik untuk pemerintah adalah hal biasa, tapi caci, adalah hal berbeda.

Contohnya belakangan ini, Rizal Ramli seringkali berpersepsi negatif, khususnya urusan impor-mengimpor. Mulai dari beras, garam, gula, semuanya ia persoal. 

Seolah-olah hanya dirinyalah yang paling benar. Lebih parah lagi, ia menuding nama Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita sebagai "penjahat" importir. Rizal juga menyebut Jokowi tidak berani pada Enggartiasto atau Surya Paloh selaku bos Enggar di Partai Nasdem.

Ada kesan yang ingin dibangun Rizal bahwa Jokowi, Enggar, dan Surya Paloh sebagai sosok yang ambil untung dari aksi importasi berbagai komoditi tadi. Serangan demi serangan ia lancarkan sambil menafikan fakta bahwa Indonesia masih butuh impor, khususnya untuk kepentingan industri. 

Kalau ia mau main salah-salahan, mengapa ia tidak menunjuk hidung Menteri Pertanian Amran Sulaiman yang gagal mendorong petani agar bisa swasembada garam dan gula? Mengapa ia tidak menuding Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto yang tidak bisa mendorong hilirisasi sehingga kita harus mengimpor beberapa barang kebutuhan modal?

Alih-alih, Rizal menuduh Enggartiasto ambil untung dari impor. Kelakuannya seperti bukan orang yang pernah duduk di pemerintahan. Mungkin ia pura-pura lupa bahwa segala kebijakan terkait importasi, diputuskan secara bersama. Antara Menteri Teknis (Pertanian, Perindustrian), Menteri Perdagangan, Direktur Badan Urusan Logistik, dan Menteri Koordinator terkait.

Semoga Rizal tidak amesia, bahwa ia dulu pernah dua kali menjadi menteri koordinator. Bidang perekonomian dan juga kemaritiman. Seharusnya, ia paham betul mengenai mekanisme pengambilan keputusan impor.

Tudingan demi tudingan Rizal kini tak ubahnya seperti pacar yang ditinggal putus oleh pasangannya. Semua seolah negatif, padahal dulu menjalani hidup bersama.

Bisa jadi, Rizal kini ingin ambil panggung saja. Ikut arus bersama barisan sakit hati lainnya, atau kelompok oposisi yang gemar menyalah-nyalahkan pemerintah. Demi membuat persepsi pemerintah salah di mata masyarakat.

Syukur-syukur, aksi "oposan" Rizal ini mencuri perhatian kubu sebelah. Sehingga ia dipertimbangkan mendapat jatah. Setidaknya, jadi juru kampanye lah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun