Mohon tunggu...
Andreas Lalenoh
Andreas Lalenoh Mohon Tunggu... -

Seorang yang biasa-biasa saja yang mempunyai minat sebagai wisatawan, penulis amatir untuk jurnal perjalanannya dengan fokus di sejarahnya, kehidupan masyarakat setempat, dan tentu saja dengan sentuhan makanan dan minuman di setiap tempat yang dikunjunginya. Dia tinggal di Sapa, Propinsi Lao Cai, Vietnam dan bekerja sebagai salah satu executive di sebuah Hotel di Sapa.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Hari Minggu yang Penuh Kejutan

3 Mei 2010   07:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:26 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Kejutan pertama.
"Andreas, I am taking day off. Please take care of the office. Sorry, but thanks anyway". Pesan pendek yang masuk ke HP saya di hari Minggu yang menurut rencana, bangun siang, jalan ke kota, beli susu dan isi kuilkas yang sudah menipis. Tapi, apa boleh buat, Boss can do no wrong.

Kejutan kedua.
"I am in Chapa Garden for a bottle of VINO..!!". Pesan pendek, lagi-lagi dari Boss saya, yang rupanya merasa bersalah membangunkan saya pagi-pagi dan menelantarkan saya di jam makan siang. Saya jawab undangan itu dengan."Comin' down".
Menembus kabut tebal kota Sapa, saya setengah berlari menuruni tangga Hotel menuju Chapa Garden yang hanya berjarak 750 meter saja. Chapa Garden merupakan boutique bed-and-breakfast yang ada di Sapa. Dikelola oleh sepasang suami istri Tommy dan Chay. Tommy yang berdarah Swedia
dan Chay yang bersuku asli H'Mong.
Sesampai di Chapa Garden, meja di kebun sudah siap dengan beberapa flute glass teratur dengan rapi. Kata Boss saya wine. Kok ada flute glass? Ternyata yang keluar pertama adalah champagne keluaran Deutz.
Diseputar meja, selain saya dan Boss saya, ada beberapa "pentolan Sapa" yang bergerak di berbagai wilayah bisnis di Sapa. Tidak semuanya expat, karena ada beberapa orang lokal yang berhasil menjalankan restoran bisnis di kota ini.

Deutz tersaji dengan kebeningan yang cerah dan cantik, dan buih-buih udara yang menari-nari dengan gemulainya di flute glass kami. Dry, enjoyable, dan tanic yang jinak serta after taste yang agak cepat
hilang hinggap di mulut saya. Entah cepat hilang karena suapan dari Vietnamese roll yang ikut tersaji.

Di pesta kebun kami ini tersiar kabar bahwa salah satu "anggota gang" kami akan membuka wine bar diatas Italian restaurant kepunyaannya. Hal ini sungguh membuat kelompok kami senang. Karena paling tidak bertambah satu lagi tempat untuk berbual-bual.

Kejutan ketiga.
Jam sudah menunjukkan pukul 4 sore waktu Sapa. Kami sudah memakan korban 3 botol Deutz. Tommy, sang empunya Chapa Garden, mengundang kami semua masuk ke Chapa Garden karena cuaca sudah mulai dingin. Tanpa dinyana, di dalam sudah menunggu Arboleda Merlot. Seperti halnya Merlot-Merlot yang lain, Arboleda menyajikan wine yang cukup ringan dan, menurut saya, easy drinking.

Selanjutnya, setelah membasuh mulut tentunya, keluar sang juara Minggu ini, Leeuwin Estate Shiraz edisi Margaret River. Aussie wine yang berkarakter keras, pepperish, ada semburat berry dan, apa mungkin saya salah, kok ada rasa seperti "rambut terbakar"? Tapi, apapun itu, wine ini juara.
Mungkin karena cuaca, perut mulai memberontak kelaparan. Saya dekati Chay, istri Tommy yang berdarah suku H'Mong, dan menanyakan apakah dapurnya buka? Kalau dapurnya buka, boleh dong dibuatkan Swedish Meatballs yang menjadi andalan Chapa Garden. Tommy sendiri orang Swedia.
Lima bulatan daging cincang dengan gravy-nya ditambah kentang goreng dengan porsi yang besar dan ukuran jumbo. Ternyata "cucok" dengan si Margaret.

Malam dingin pun datang, menggantikan sore hari yang berkabut. Perjalanan di Australia belum terhenti di Margaret River. Masih keluaran Leeuwin Estate, kali ini edisi Siblings Shiraz. 2006 atau 2007 saya lupa. Menurut palate saya yang baru belajar ini, kok agak salah urutannya. Mungkin kalau Margaret River keluar terakhir, akan menjadi klimaks yang mendebarkan. Tapi, sayangnya, ini menjadi anti-klimaks malam itu. Siblings ini tidak menunjukkan karakter yang sesungguhnya. Dan, "nose" yang saya dapatkan kok seperti bau kulit yang baru selesai disamak. Agak kurang menarik.

Tapi mungkin saya salah, karena palate dan nose saya yang masih harus banyak dilatih. Tapi mungkin juga karena sudah terlalu banyak yang dicoba dan sudah mulai agak "doyong".

Memang rejeki selalu datang bagi orang yang menerima tugas di hari liburnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun