Mohon tunggu...
ANDREAS SUPRONO
ANDREAS SUPRONO Mohon Tunggu... Menyukai Kebenaran dan Keadilan

Orang biasa, melihat dengan hati

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Bencana di Pulau Utama (Bagian 13)

20 Mei 2025   11:46 Diperbarui: 20 Mei 2025   13:42 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bencana di Pulau Utama_bagian 13(Sumber: pexels.com)

Disclaimer, untuk semua karya fiksi saya: "Cerita ini adalah karya fiksi. Nama, karakter, tempat, dan kejadian adalah hasil imajinasi penulis. Jika ada kesamaan dengan kejadian atau tokoh nyata, itu hanyalah kebetulan semata."

13. Sabtu, 12.15 WIB, siang hari di Keraton

Tidak seperti biasanya, siang hari itu angin dari selatan bertiup agak kencang. Debu di alun-alun utara keraton Gending berhamburan  berputar membentuk corong angin dan berpilin memutar kemudian bergerak zig zag tak beraturan dan akhirnya memudar hilang. Daun pohon pohon beringin yang berada di pinggir dan tengah alun-alun bergoyang ditiup angin. Arus lalu lintas pada sepanjang pinggiran alun-alun seperti enggan untuk bergerak kencang. Siang hari itu, siang yang kurang bersemangat!

Di sebelah timur Balairung Keraton Gending, Kota Madya Gending secara khusus berbentuk kerajaan yang tetap di bawah negara, Sang Nata Gending VII, raja dari Keraton Gending, sedang mengamati ayam jago kelangenannya yang sedang kepanasan, ditemani 2 orang abdi Sang Nata.

'Terik benar siang hari ini, mbah Soma', Sang Nata berujar.

'Iya sinuwun, sampai itu Jago pada menggeh-menggeh. Coba saya tambah air minumnya', mbah Soma beringsut menuju sebuah kamar mungil, kamar perlengkapan beternak ayam, yang berada ke arah selatan dari tempat mereka bercakap-cakap.

'Menurutmu, setelah cuaca panas begini, mbah Mangun, kira-kira apa yang kemudian akan terjadi?', Tanya Sultan pada salah satu abdinya, mbah Mangun yang ikut merawat ayam-ayam kelangenannya.

'Ya, biasanya ya terus turun hujan Sinuwun..', jawab mbah Mangun memperkirakan.

'Yah, kemungkinan itu benar, Mbah Mangun..', Sang Nata menghela nafas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun