Mohon tunggu...
ANDREAS SUPRONO
ANDREAS SUPRONO Mohon Tunggu... Menyukai Kebenaran dan Keadilan

Orang biasa, melihat dengan hati

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Bencana di Pulau Utama (bagian 4)

25 April 2025   11:43 Diperbarui: 29 April 2025   09:43 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bencana di Pulau Utama_bagian 4 (sumber: pexels.com)

Disclaimer, untuk semua karya fiksi saya: "Cerita ini adalah karya fiksi. Nama, karakter, tempat, dan kejadian adalah hasil imajinasi penulis. Jika ada kesamaan dengan kejadian atau tokoh nyata, itu hanyalah kebetulan semata."

4. Sabtu, 09.30 WIB, galau sang Bupati

Bupati Kota Atas, kota sejuk di lereng Gunung Pokok Pertama, Surip Wiroharjo, tertegun bermuka masam di ruang kerjanya.  Surat permohonan peresmian lapangan pacuan kuda international berbiaya 3,4 trilyun, lengkap dengan hotel dan villa, serta megamall di kawasan kaki Gunung Pokok Pertama, tergeletak di meja kerja berlapis kaca. Selesai sudah proses pembangunannya yang supercepat. 3 tahun 4 bulan! Angkanya sama persis dengan biayanya.

Pemandangan hijau membentang, sebatas mata memandang terhampar di depan pak Bupati lewat jendela kaca berbingkai mika kecoklatan lantai 3 ruang kerjanya. Ditatapnya pemandangan itu dengan perasaan sendu dan sedih. Tergambar kembali deru truk truk yang mengangkut para warga yang harus diminta dengan suka rela meninggalkan tempat tinggal mereka dan juga ladang tembakau dan sayuran mereka untuk pergi ke daerah relokasi. Alibinya daerah berbahaya. Masih ingat juga bagaimana pulpen berkilat-kilat itu disodorkan supaya ia tanda tangan.

Masih ingat juga gemuruh pawai kampanye pencalonan dirinya. Waktu itu jam 10 siang, di tempat produksi penggergajian kayu sengon miliknya, beberapa orang berjas dan bersepatu mengkilap tampak berbicara serius dengannya. Pencalonan bupati Kota Atas. Surip Wiroharjo, pengusaha kargo kayu sengon, berpihak pada para petani tembakau dan sayuran, memberi lapangan kerja baru, mereka bukan lagi menjadi petani melainkan pekerja di pabrik pengolahan kayu sengon, dengan imbalan gaji dan fasilitas perumahan. Tertanda, Surip Sumoharjo, calon bupati Kota Atas. Sah.

Kendaraan berat bekerja siang malam meratakan lahan. Rumah-rumah berdinding kayu, ladang yang masih dipenuhi tanaman tembakau, selokan-selokan kecil dengan gemericik air bening pegunungan, gudang pupuk kandang yang baunya khas, rata semua dengan tanah. Tanah rataan yang luas, kosong, dengan latar belakang kontras pohon pinus kehijauan di kejauhan, ditambah papan nama proyek; 'proyek pembangunan lapangan pacuan kuda international', membuat Surip lesu tidak berdaya. Di sisi lain, di sebalik punggung gunung, berhimpit rumah-rumah baru, tertata rapi berderet bak perumahan rakyat, rumah para pekerja pabrik pengolahan kayu sengon. Perumahan yang dipaksakan.

'Pak Surip, kalau kenyataannya seperti ini, sebenarnya kami tidak mau. Kami pingin kembali tinggal di dusun kami lagi saja, dan kembali menggarap ladang tembakau dan sayur kami.'

'Pak Surip, kawasan perumahan yang bapak bangun, terletak di kawasan sedimen Gunung Pokok Dua yang usianya telah ratusan tahun bertahan. Dari pantauan badan Stasiun Pusat Pemantau Cuaca, bisa dimungkinkan terdapat kawasan tanah berongga yang sewaktu-waktu dapat kembali terbuka. Dan bisa membahayakan warga.'

'percayalah Pak Surip, ini adalah tempat terbaik untuk perumahan baru warga. Dekat dengan pabrik, tersusun dengan perencanaan yang baik sebagai perumahan. Ditanggung aman.'

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun