Tahun 2025 menjadi momen berahmat bagi penganut Islam dan Kristen di republik tercinta ini. Momen berahmat tersebut bertalian dengan kewajiban menjalankan puasa, yang waktu pelaksanaannya hampir berlangsung bersamaan.
Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) 1446 H, Muhammadiyah menetapkan awal puasa Ramadan 2025 atau tanggal 1 Ramadan 1446 Hijriah jatuh pada Sabtu, 1 Maret 2025. Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Sayuti menyebut, Hari Raya Idul Fitri jatuh pada tanggal 31 Maret 2025. "Di wilayah Indonesia, 1 Syawal 1446 Hijriah jatuh pada Senin, 31 Maret 2025," tutur Sayuti, dikutip dari Kompas.com, Rabu (12/2/2025).
Dilansir dari  Tulungagung.go.id, puasa dalam Islam bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga mengendalikan hawa nafsu, menjaga lisan dari perkataan yang tidak baik, serta menghindari perbuatan yang dapat mengurangi pahala. Dalam Al-Qur'an, khususnya dalam Q.S Maryam ayat 26, kata "shaum" bermakna menahan diri dan diam, yang mengajarkan pentingnya menjaga perkataan selama berpuasa.
Pemerintah juga telah menetapkan hari libur nasional Idul Fitri jatuh pada tanggal 31 Maret dan 1 April 2025 melalui surat keputusan bersama (SKB) tiga menteri.
Sementara itu, puasa Katolik 2025 dimulai pada Rabu Abu, 5 Maret 2025 dan berakhir pada Jumat Agung, 18 April 2025. Puasa Katolik dilaksanakan dalam Kalender Liturgi Gereja yang disebut masa Pra Paskah. Pada masa ini umat Katolik diwajibkan untuk berpuasa dan berpantang.
Puasa dan pantang orang Katolik bukan soal makan-minum semata. Makan-minum hanyalah salah satu bentuk saja. Dilansir dari https://www.parokivianney.org/, tekanan utama puasa-pantang orang Katolik adalah sikap batin, pertobatan, penyangkalan dan pengendalian diri, serta tanda berempati dengan orang miskin.
Â
Lebih lanjut, puasa merupakan latihan rohani yang mendekatkan diri dengan Tuhan dan sesama. Berpuasa memurnikan hati dan mempermudah pemusatan perhatian untuk berdoa. Dengan berpuasa orang menata hidup dan tingkah laku rohaninya.
Dengan berpuasa, Gereja mengharapkan agar umat beriman dapat mengungkapkan rasa lapar akan Tuhan dan kehendak-Nya dengan mengorbankan kesenangan dan keuntungan sesaat demi merasakan sedikit penderitaan Yesus demi keselamatan dunia. Dengan berpuasa-pantang, orang mengurangi keserakahan dan mewujudkan penyesalan atas dosa-dosanya.
Pada akhirnya, puasa membebaskan diri dari ketergantungan jasmani dan ketidakseimbangan emosi untuk membantu orang mengarahkan diri kepada Tuhan dan sesama. Selama 40 hari orang mengurangi kelekatan duniawi dan kesenangan sesaat, Â menyangkut makanan, minuman, maupun hobi, sikap, dan perilaku. Puasa diisi dengan kegiatan seperti doa, pendalaman iman dan juga niat-niat pribadi untuk tidak main game, merokok, mencuri, menipu, berzina, memfitnah, memukul apalagi melakukan perbuatan yang lebih keji dari itu.
Dalam puasa-pantang, orang memang mengurangi porsi makan dan minum (bukan malah menambah biaya belanja). Ini bukan soal pelit, bukan pula soal diet, melainkan soal berbagi. Dengan mengurangi porsi makan, biaya belanja makan-minum juga dihemat. Uang hasil penghematan ini lalu dikumpulkan dalam kotak atau amplop Aksi Puasa Pembangunan (APP) dan akan disumbangkan untuk orang miskin.
Sementara itu, Paskah Katolik 2025 jatuh pada hari Minggu, 20 April 2025. Perayaan Paskah ini merupakan peringatan kebangkitan Yesus Kristus setelah disalibkan.