Mohon tunggu...
Andreas Sihotang
Andreas Sihotang Mohon Tunggu... Ilmuwan - Peneliti dan Pekerja Sosial

Pekerja sosial di organisasi non pemerintah, bekerja di bidang pengembangan masyarakat dan pengembangan perdamaian, saat ini sedang studi S3 Public Affairs di Amerika.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ketika Merah Putih Tak Lagi Berani dan Suci

29 September 2014   04:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:08 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saat kecil kita sering diajarkan arti dari warna bendera kita, merah putih. Merah berarti berani, putih berarti suci. Merah melambangkan keberanian, putih melambangkan kesucian atau kemurnian atau ketulusan. Dua warna itu adalah dua hal yang saling melengkapi dan berpadu dalam suatu perjuangan. Perjuangan dengan keberanian tanpa kesucian atau kemurnian akan menuju kesesatan, bahkan kehancuran. Namun pada saat yang sama, tanpa keberanian, suatu perjuangan tidak pernah bisa terlaksana. Merah putih adalah suatu kesatuan dalam suatu perjuangan. Merah putih bukan lagi hanya sekedar warna, tapi punya makna simbolik yang dalam.

Namun akhir-akhir ini merah putih seperti kehilangan keberanian dan kesucian ketika dipakai sebagi nama dari suatu koalisi partai politik. Merah putih dalam nama koalisi ini berhenti pada keberanian  tanpa kemurnian. Atau bahkan tanpa keberanian dan kemurnian sama sekali. Merah putih dalam nama koalisi ini tidak lagi berani dan suci. Bagaimana bisa?

Kita sama-sama tahu konstestasi yang terjadi dalam pilpres beberapa waktu lalu yang dimenangkan oleh pasangan Jokowi-JK yang diusung beberapa parpol seperti PDI-P, Nasdem dan PKB. Kita juga sama-sama tahu pasangan yang kalah dalam kontestasi pilpres kemarin yaitu pasangan Prabowo-Hatta yang didukung oleh beberapa partai seperti Gerindra, Golkar, PKS, PPP, dan PAN yang kemudian menamakan diri sebagai Koalisi Merah Putih (KMP). Nama koalisi yang sangat indah tapi tidak diikuti oleh sikap yang sesuai dengan makna yang terkandung dalam warna merah dan putih tersebut.

Kekalahan dalam kontestasi pilpres rupanya tidak dapat diterima begitu saja oleh KMP. Aksi menggugat melalui MK pun dilakukan dengan tuduhan kecurangan dalam pemilu yang dilakukan secara terstruktur, sistematis dan massif. Meskipun MK pada akhirnya menyatakan bahwa tuduhan tersebut tidak terbukti dan mengesahkan hasil pilpres yang memenangkan pasangan Jokowi-JK, KMP sepertinya tidak peduli. Tidak ada keberanian untuk mengucapkan selamat kepada pemenang pemilu. Bahkan langkah lain pun dilakukan dengan tujuan tertentu, tujuan yang tidak murni, tidak suci. Hak rakyat yang sudah digunakan selama kurang lebih 10 tahun untuk memilih secara langsung kepala daerahnya di provinsi sampai kabupaten, dirampas dengan pemaksaan UU Pilkada yang didukung oleh KMP. Di tangan KMP, kesakralan simbol merah putih menjadi hilang. Di tangan KMP, merah putih tak lagi berani dan suci! #ShameonyouKMP!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun