Mohon tunggu...
Andrean Pamuja
Andrean Pamuja Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga K3

Bismillah till i die

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Child-free, Realistis atau Egois?

5 Juli 2022   15:10 Diperbarui: 5 Juli 2022   15:24 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Child free baru-baru ini menjadi topik hangat di media sosial. Child free sendiri merupakan pilihan bagi mereka atau pasangan yang memilih untuk tidak memiliki anak. Cukup mengundang pro dan kontra dari banyak netizen dalam beberapa minggu terakhir. Indonesia sangat mengejutkan jika seseorang memutuskan untuk tidak memiliki anak, dan ada reaksi yang mendukung dan menentang. 

Menurut guru besar sosiologi Universitas Airlangga Bagonsliant, kebebasan anak muncul karena  status dan keberadaan perempuan di masa lalu, yang diukur dengan jumlah anak yang dapat dilahirkan oleh seorang perempuan.

 Namun, indikator ini secara bertahap berubah dari waktu ke waktu. Ia menemukan bahwa keberhasilan perempuan  tidak lagi diukur di ranah domestik, tetapi juga di ranah publik seperti karir, prestasi dan indikator lainnya.

 Artinya, jika perempuan maju dan mengatakan tidak menginginkan anak, itu  perkembangan baru bagi . Ini sah-sah saja, katanya. 

Bagon berpendapat bahwa keputusan seseorang untuk tidak memiliki anak adalah kebebasan individu dan juga keputusan pasangan  keluarga. Tanpa anak itu sendiri sebenarnya  bukan  hal  baru di luar negeri. Namun, ada banyak kontroversi dan stigma negatif di Indonesia. 

Hal ini terjadi karena  perbedaan cara masyarakat  menghormati hak. Di luar negeri, sangat menghormati privasi, sementara di Indonesia, hak-hak kelompok dihormati. 

"Saya kira bebas dari anak-anak adalah sikap segelintir perempuan. Sebagai hak pribadi,  mereka bebas memilih jalan ini dan masyarakat tidak perlu menganggapnya serius," katanya. Bagi mereka yang memilih untuk tidak memiliki anak, ada dua pilihan utama. 

Yang pertama adalah usia. Anda mungkin telah memutuskan untuk tidak memiliki anak ketika Anda masih muda. Di tingkat SD, perempuan juga bisa menunda persalinan dengan menikah di usia yang benar-benar dewasa. 

Alasan kedua adalah keinginan untuk berkarir. Menurut Bagon, sebanyak wanita menganggap memiliki anak sebagai hambatan dalam diri mereka. 

"Masih banyak anak-anak yang tidak ingin mengabaikan atau menambah populasi di planet ini, jadi jika Anda mengatakan mengapa Anda tidak memiliki anak, saya pikir itu rasionalisasi, bukan alasan sebenarnya," Kata Bagon, menikah itu untuk punya anak, saya kira ini kembali ke rasionalitas masing-masing individu. 

Mereka ingin memiliki karir atau tidak siap untuk memiliki anak di masa depan.  Semoga pilihan tersebut akan membahwa kedalam keputusan yang bijak dan tidak akan membawa suatu masalah yang akan disesali dikemudian hari.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun