Sebentar,Â
karena saya akan bercerita tentang Musisi Mojokerto. Musisi ya, bukan penyanyi. Berarti orang yang memainkan musik.
Hari Musik Nasional diperingati pada kelahiran WR Soepratman penggubah lagu Kebangsaan  Indonesia Raya. Saya tulis "Penggubah" karena memang sebelumnya sudah ada yang "Menciptakan" yaitu Tuhan. Manusia hanya meramu saja makanya dalam bahasa Indonesia dinamakanÂ
Penggubah bukan Pencipta. Istilah ini yang mulai hilang digantikan dengan Menipta padahal salah kaprah.
Kebanggan saya pada Lagu Kebangsaan kita adalah Adanya visi-misi cita-cita luhur Bangsa Indonesia dalam lagu ini.
Jika di luar seperti Jepang lagu kebangsaan Kimigayo bertemakan kekuasaan dengan mengharap kekuasaan raja sampai bertahan lama hingga seluruh dunia berlumut. Pada belahan dunia lain Inggris ada lagu kebangsaan yang isinya mendoakan keselamatan kepala negara. (God Save the Queen atau God Save the King)
Amerika  menceritakan peperangan, perbudakan di tanah yang baru. Bahkan Jerman menceritakan kesombongan dengan mengulang-ulang kalimat bahwa bangsanya di atas segalanya di muka bumi ini.
Lagu kebangsaan kita berisi cita-cita luhur bangsa dengan menentukan arah atau visi-misi Indonesia dengan kalimat "jadi pandu ibuku".
Setelah menunjukkan cita-cita luhur lagu kebangsaan kita menceritakan Tujuan dan Strategi Pencapaian untuk peraih cita yaitu "Bangunlah Jiwanya Bangunlah Badannya".Â
Menceritakan bagaimana kita harus membangun kualitas Sumber Daya Manusia terlebih dahulu kemudian diikuti Pembangunan Sarana Prasarana.
Kereeeeenm, Kan....
Naaah,..itu sekelumit kebanggaan kita pada lagu kebangsaan yang digubah oleh Musisi Nasional.
Sekarang bagaimana Cerita Mojokerto tentang musisinya?
Saya mulai dari yang terbaru menuju yang terlama....
JETIS TIDAK HANYA PABRIK LIMBAH
----------------------------------------
terbaru jelas Adi Prayitno. Kalau kita menuju ke Jetis.....luruuus ke Raya Lakardowo. Pasti orang taunya ada pabrik Limbah B3. padahal di sana ada desa yang bernama Sidorejo.
Apakah kenal Adi Prayitno? tidaaaaaak.