Mohon tunggu...
FIRITRI
FIRITRI Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis, Penulis Mojokerto, Blogger dan Pembawa Acara yang tertarik dalam Human Interest, Budaya serta Lingkungan

Penulis, Penulis Mojokerto, Blogger dan Pembawa Acara yang tertarik dalam Human Interest, Budaya serta Lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kuat karena Tempat (Kisah Tinju di Mojokerto)

7 Maret 2021   15:38 Diperbarui: 7 Maret 2021   17:21 715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
Saya ini berswafoto di Pacet Mojokerto dengan jalan naik turun. Selfi lah...kan perempuan, harap maklum ya . Padahal yang sedang saya tulis adalah olah raga keras tapi yaaa. kembali lagi namanya perempuan, selfi duluuuuu .

Ayo tinjuuuuu.....

Gimana tinju itu ya.

Tinju bukan beladiri. Tinju itu olah raga saja yang mengetengahkan serang menyerang tapi hanya dengan pukulan kepalan tangan saja. Pukulan siku, Sejak jaman olimpiade kuno sampai sekarang terus mengalami perkembangan melalui tukar pukulan yang sesungguhnya.

Semua dititikberatkan pada pukulan kepalan tangan. Diharapkan ada efek kerusakan pada wajah dan anggota badan lain jika dengan kepalan tangan. Kerusakan yang tampak luar dan tidak berbahaya.

Jika dengan telapak tangan, dilarang karena tidak tampak kerusakan tapi luka di bagian dalam tubuh akan didapat dan itu sangat berbahaya.
Tampaknya mulai dulu tinju sudah ada dan berkembang di Mojokerto bahkan Indonesia. Sebagai pertunjukan juga.

Saya merujuk tulisan dan foto Candi Rimbi dari budayawan Dwi Cahyono yang suka meng"uri-uri" budaya Majapahit, menjelaskan tinju sudah ada di jaman itu. Candi Rimbi itu kan dibangun di Desa Pulosari Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang pada lereng barat Gunung Anjasmoro.

Saya pakai contoh di nJombang ya....bukannya tidak menulis mojokerto tapi memang contoh peninggalan Majapahit ini berada di nJombang.
Naah...pada canti ini diperlihatkan "gaya relief era Majapahit" karena  candi Rimbi adalah pendharman yang didedikasikan untuk Ratu Tribhuwana, yakni raja ke-3 di Majapahit (berkuasa tahun 1329-1350 Masehi).

Duluuu.... ada arca Dewi Parwati (istri kedua Dewa Siwa) di sini terus diambil untuk dipajang di Museum Nasional Jakarta. Nah Dewi Parwati ini dipercaya menjadi manusia dengan perwujudan dari ratu Tribhuwana Tunggadewi.

Dalam relief candi ini digambarkan keadaan sosial budaya masyarakat di era keemasan Majapahit pada pemerintahan Ratu Tribuwana. Keadaan sosial itu termasuk kegiatan sehari-hari masyarakat yang mencakup "Olah raga TInju" dalam anggapan "permainan rakyat". Panil relief terkaji di dalam tulisan ini berupa permainan untuk bertanding (game), yang berupa petarungan dua orang laki- aki dengan tangan kosong (tanpa senjata) dengan menggunakan pukulan dan tendangan.

Pertandingan ini menyerupai apa yang dalam istilah asing disebut "kickboxing". Pada berbagai negara di Asia Tenggara, mulai dari Indocina (Kamboja serta Lao), Thailand, Myanmar, Malaysia hingga Indonesia pertan- dingan demikian hidup di lingkungan keraton ataupun luar keraton.
Pakai sarung tinju juga....jadi di seluruh dunia hampir sama ya. Kok bisaaaaaaa....saya heran ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun