Ini foto pagi kemarin beberapa saat sebelum saya memakai make up untuk ke desa Banjaragung dalam rangka lomba.
Saya menulis buku berjudul Jejak Air Nusantara yang menceritakan kearifan lokal jaman dulu dalam memperlakukan air hingga sekarang untuk keperluan konservasi di masa mendatang.
Dengan demikian, saya harus melakukan riset salah satunya penguatan data. Desawarnana, buku ini yang penting untuk saya jadikan acuan karena menceritakan tentang keadaan keadaan masa itu. Desawarnana ini ditulis oleh Empu Prapanca yang dibilang pada jamannya tidak hebat.
Desawarnana itu adalah tulisan terkenal dalam nama asli. Nama barunya adalah Nagara Krtagama. Saat jaman kolonial, hampir semua kitab kita dimusnahkan oleh penjajah termasuk kitab ini. Kitab ini ditemukan di perpustakaan Raja Lombok di Cakranagara sebelum istana sang raja akan dibakar oleh tentara KNIL. Untungnya diselamatkan oleh J.L.A. Brandes , seorang ilmuwan Belanda yang mengiringi ekspedisi KNIL di Lombok pada tahun 1894 .
Kakawin yang ditulis tahun 1365 ini, sangat mencengangkan. Empu Prapanca yang jaman itu tidak populer karena tidak dapat menuliskan seorang raja secara hiperbola melebih-lebihkan seperti dewa.
Empu Prapanca "hanya" dapat menulis 5W1H ala wartawan modern. Ini menjadi sumber hebat dalam mempelajari sejarah majapahit.
Dijelaskan secara gamblang dan detail perjalanan Raja Hayam Wuruk mulai dari Trowulan hingga ke Puger Jember hingga kembali ke Trowulan kembali.
Lantas, bagaimana dengan Panji yang saat itu terkenal seperti yang saya tulis pagi tadi?
menurut Prapanca di Desawarnana pupuh 29, ada sahabatnya bernama Panji Tirtopati Kertayasa meninggal
meninggal secara tiba-tiba. Prapanca sangat sedih mengingat karya-karya besar Panji Tirtopati Kertayasa yang sangat hebat besar. Saat kejadian itu, Hanyam Wuruk sedang berada di Panarukan.
Lantas.......apakah itu Panji tersebut salah satu dari Panji yang ada dalam cerita?
Jangan jangan..........