Mohon tunggu...
FIRITRI
FIRITRI Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis, Penulis Mojokerto, Blogger dan Pembawa Acara yang tertarik dalam Human Interest, Budaya serta Lingkungan

Penulis, Penulis Mojokerto, Blogger dan Pembawa Acara yang tertarik dalam Human Interest, Budaya serta Lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kontroversi 19 September 1945 yang Mengubah Indonesia

19 September 2019   06:42 Diperbarui: 19 September 2019   06:44 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya sejak kecil sangat suka membaca sejarah. Tanggal 19 September menurut saya sangat heroik karena saat itu adalah pertama kali bangsa bernama Indonesia melawan aggressor asing.

Alkisah, di pagi hari WV Ch. Ploegman yang secara sepihak diangkat NICA menjadi walikota Surabaya memprovokasi warga dengan mengibarkan benera Belanda merah putih biru di kamar No 33 Hotel Yamato (sekarang hotel Majapahit) Jalan Tunjungan Surabaya. Ribuan warga marah dan mendatangi gedung itu.

"Londo ngamuk, londo ngamuk (Belanda Mengamuk, Belanda mengamuk)!" teriak banyak warga yang marah.

Aksi warga dihalangi oleh tentara jepang yang ditugaskan oleh sekutu menjaga status quo. Residen Sudirman saat itu menjadi orang yang dituakan di Surabaya mendatangi Ploegman bersama pengawalnya. 

Diceritakan Ploegman melecehkan Indonesia dan mengambil pistol untuk ditembakan ke Residen Sudirman. Pengawal residen Sudirman menyerang Ploegman dan keduanya meninggal dunia.

Residen Sudirman diselamatkan dan massa semakin tidak terkontrol naik ke atap kamar 33 untuk menurunkan bendera merah putih biru, menyobek warna birunya dan menyisakan merah putih dengan ukuran janggal karena lebih panjang untuk dikibarkan kembali.

Kematian Ploegman ini menjadi hal yang sudah diketahui banyak pihak. Setiap tanggal 19 September ada reka ulang perobekan bendera di tempat yang sama dengan peserta para anak muda pegiat sejarah. Salut saya untuk mereka yang penghobi sejarah.

Kematian Ploegman ini dianggap wajar karena dia dianggap menyerang pejabat negara dan melecehkan Indonesia. Hingga...........

Saksi sejarah Eddie Samson, warga Asem Rowo Surabaya mengatakan Ploegman dibunuh massa dengan cara dibacok saat menyeberang jalan Tunjungan.

 Eddie Samson saat itu berusia 11 tahun dan menyelamatkan diri ke belakang Gedung pertanahan. Suasana saat itu chaos karena sentimen terhadap Peranakan Belanda dan Eddie Samson terpisah dari orang tuanya selanjutnya menyelamatkan keluar kota melalui pelabuhan Tanjung Perak.

Kesaksian Eddie Samson ini pernah dimuat di buku edisi lux belanda "Soerabaja, Beeld van een stad" dan Harian terbesar di Indonesia juga pernah memuatnya. Kesaksian ini sangat ditentang oleh pegiat sejarah Surabaya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun