Mohon tunggu...
Andrea AureliaCrysanta
Andrea AureliaCrysanta Mohon Tunggu... Freelancer - Communication Science Student

Mahasiswa yang baru mencoba untuk menulis:) mohon dipahami.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Teman Baru Media si Multimedia

11 Februari 2020   20:38 Diperbarui: 12 Februari 2020   13:09 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halaman Awal Laman Detik X /dokpri

      

          Untuk menjelaskan judul diatas, kita perlu tahu satu buah poin pertanyaan yang mengawali rentetan karya setelahnya. Poin pertanyaan yang dimaksud ialah 'apa itu multimedia?'. Mungkin ada dari kita yang belum tahu arti dari multimedia itu sendiri dan sekalian menegaskan pula. Multimedia adalah hasil karya yang mengkombinasikan visual, audio, grafik dan teks dalam satu produksi cerita. Isitlahnya, paket komplit dari media. Melalui paket komplit media ini kita dapat menikmati dan atau melakukan storytelling. David Campbell merasa bahwa platform multimedia ini dapat menjadi sarana storytelling yang baik untuk penonton. Sebuah media yang dapat dikatakan multimedia jika memenuhi minimal tiga kombinasi visual / audio / grafik / teks. Televisi, radio dan koran tidak dikatakan sebagai multimedia karena hanya memadukan dua spesifikasi. Perlu digarisbawahi bahwa multimedia berbeda bidang dengan cross media, transmedia ataupun mixed media. 

Sedikit perkembangan multimedia

          Salah satu bagian dari multimedia ialah visual yang salah satu diantaranya adalah foto. Dalam Jurnalis foto, multimedia biasanya diartikan sebagai seni foto yang dengan tambahan (dapat beragam). Secara prinsip memang betul bahwa jurnalis foto mengkombinasikan foto dengan konten lain di luar foto. Yang biasa dapat kita lihat adalah foto digabungkan dengan teks keterangan / captions, foto dengan backsound audio, berbentuk video pendek ataupun panjang, infografis, film, interaksi non-liner, dan full-scale web documentaries.

Note : Interaksi non-liner berangkat dari cerita dongeng yang biasa hanya kita dengarkan dan membayangkan, kini ada bentuk visualnya. Interaksi macam ini memberikan kita pengelaman yang lebih karena ditambahkan unsur visual yang mewakili skrip cerita. Salah satu contoh yang mewakili adalah story games. Memang, jenis interaksi ini membutuhkan teknologi yang canggih dan softskills yang memadahi pula.

Terjadinya revolusi digital makin mengkaburkan batasan gambar diam dan gambar bergerak. Dalam sejarah, fotografer terkenal seperti Man Ray, Paul Strand dan Gordon Parks tergabung dalam pembuatan film (1962). Lalu Ken Burn yang membuat film The Civil War (1990) membuat efek yang digunakan dalam software edit video.

Akar dari multimedia bertambah dalam. Prioritas gambar bergerak dapat diproduksi secara massive dan diperlihatkan ke masyarakat dalam bentuk hard copy dapat direalisasikan. Beberapa teknologi pertama yang digunakan untuk memperlihatkan gambar bergerak antara lain mutoscope , phenakistiscope, praxinoscope, zoetrope. Dapat ditemukan kesamaan cara manusia menggerakan gambar statis adalah prinsipnya sama dengan yang saat ini kita kenal sebagai stop-motion.

Jurnalis foto selalu dipengaruhi oleh perubahan teknologi yang terus membaik dan pada saat ditemukannya kamera DSLR (Digital Single Lens Reflex) yang dilengkapi kemampuan membuat video secara langsung. Kamera DSLR pertama diluncurkan pada Agustus 2008 yakni Nikon D90, tak lama diikuti Canon 5D Mark II. Kamera DSLR menjadi temuan baik yang mampu menangkap gambar diam dan gambar bergerak dalam satu badan kamera. Yang menjadi perkembangan siginifikan dari foto dalam menjelaskan multimedia adalah ia tidak dapat didefinisikan satu genre melainkan proses memahami panjang dari gambar diam dan bergerak. Tim Hetherington pernah menyampaikan mengenai post-photographic bahwa dunai visual tidak mati melainkan melahirkan bentuk multiple visual yang hidup dan lebih kuat dari sebelumnya. Karena itu, visual storytelling terkandung dalam gambar. Lahir sebuah cara lain dalam mengkomunikasikan tujuan dengan menggunakan gambar yang mewakili. Inilah jaman dimana jurnalistik foto, jurnalisitk video, film, dokumenter memiliki potensi interaktif yang tinggi. Campbell mengatakan bahwa gambar memiliki interaktif yang tinggi dan lebih memiliki pengaruh besar dalam storytelling. Hal ini bukan membuat jenis visual baru atau meniadakan yang lain, tetapi seluruhnya luruh dalam satu bidang yaitu fotografi. Maka kemudian bidang fotografi menjadi sangat luas dan kompleks dari segi karya, teknis dan penyampaian tujuannya. Gambar menjadi sesuatu yang penting dalam penyampaikan cerita maupun berita di berbagai platform.

Picking the Right Media for a Story by 

Terdapat elemen -- elemen Multimedia menurut Paul Grabowicz, terdiri dari :  

1. Teks

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun