Mohon tunggu...
Andrea Ari Matea
Andrea Ari Matea Mohon Tunggu... Relawan - The ultimate goal of farming is not the growing of crops, but the cultivation and perfection of human beings.

Mahasiswa FPB UKSW

Selanjutnya

Tutup

Nature

Pangan 2019: Porang yang Ditinggal Ternyata Garang

30 Oktober 2019   22:00 Diperbarui: 30 Oktober 2019   22:08 5241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hello anak-anak Indonesia, siapa yang disini mengenal namanya umbi PORANG? Tau nggak? Jujur saja, sebab saya juga baru-baru ini mengenal namanya si PORANG ini. Jadi selamat mengenal lebih si PORANG, karena tak kena maka tak saying, wkwkwk.

Porang (Amorphophallus oncophyllus Prain) ternyata merupakan salah satu jenis tumbuhan umbi-umbian. Tumbuhan ini berupa semak (herba) yang dapat dijumpai tumbuh di daerah tropis dan sub-tropis.

Walaupun Indonesia adalah negara tropis, yang digadang-gadang sebagai salah satu paru-paru dunia, namun belum banyak msyarakat yang membudidayakan tanaman ini, bahkan tanaman ini masih ditemukan tumbuh liar di dalam hutan tanpa terurus.

Padahal tanaman ini tidak pilih--pilih tempat tumbuh, soalnya si porang dapat tumbuh di bawah naungan, sehingga cocok dikembangkan sebagai tanaman sela di antara jenis tanaman kayu atau pepohonan yang dikelola dengan sistem agroforestry. Komposisi umbi porang ini bersifat rendah kalori, sehingga dapat berguna sebagai makanan diet yang menyehatkan, jadi bagi yang merasa kurang kurus bisa mencari si porang.

Umbi porang yang saat ini diekspor masih berasal dari usaha masyarakat tani dengan mengumpulkan umbi yang tumbuh liar di perkebunan maupun di hutan lho.

Umbi porang dibuat dalam bentuk chip yang berupa bahan baku mentah sehingga memiliki nilai jual rendah. Hal ini menunjukkan bahwa umbi porang belum dapat diolah menjadi produk yang bervariasi serta teknologi pengolahannya pun belum berkembang.

Jadi sampai sekarang Indonesia hanya menjadi pemasok bahan yang super berprospek besar dengan harga murah untuk para bule-bule, terutama si Jepang.

Jepang adalah negara utama pengimpor Porang dari Indonesia. Umbi Porang ternyata menjadi menu favorit sebagian besar masyarakat disana setelah diolah menjadi makanan Konyaku (tahu) dan Shirataki (mie) (Pusat Studi Porang, 2012). Oleh karena itu potensi tersebut perlu untuk dikelola secara optimal guna memenuhi kebutuhan pangan nasional, dimana pada saat ini kebutuhan bahan pangan pokok berupa beras semakin tinggi, sedangkan produksi padi nasional belum dapat memenuhi permintaan. Umbi porang ini diharapkan bisa menjadi pilihan bahan pangan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sehingga dapat mendukung program ketahanan pangan.

Terbukanya peluang usaha porang bukan berarti tanpa aral melintang. Jumlah eksportir porang yang masih terbatas dikhawatirkan tercipta ketergantungan pasar. Akibatnya, kendali harga ada di tangan para eksportir. Modal yang terbatas membuat para pekebun hanya mengandalkan keuntungan dari hasil penjualan umbi segar. Padahal, bila dijual dalam bentuk olahan, keuntungan bisa berlipat.
 

Dalam hitungan normal, 100 pohon porang bisa menghasilkan Rp 820.000,00 -- 900.000,00/100 pohon dengan perhitungan sebagai berikut:
= 2 kg/umbi/pohon X 100 pohon
= 200 kg umbi X Rp 2.000,00/kg
= Rp 320.000,00 -- 400.000,00/100 pohon

Untuk luasan 1 Ha bisa ditanam sebanyak 8.000 bibit, sehingga bisa menghasilkan 16 ton/Ha. Jika 1 Ha bisa menghasilkan 12 ton, dan dikalikan dengan harga Rp 2.000/kg, kurang lebih bisa menghasilkan Rp 32.000.000/Ha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun