Mohon tunggu...
Andre Jayaprana
Andre Jayaprana Mohon Tunggu... Administrasi - write and share

seek first to understand

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Surabaya 180 Degrees

12 Juni 2016   20:57 Diperbarui: 12 Juni 2016   21:04 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kami ingin berlibur dan sekaligus bersantai tapi hanya short escape atau getaway saja istilahnya. Terlalu memaksakan diri dengan jadwal berlibur yang padat sudah dapat dipastikan justru kelelahan dapat menerpa. Apalagi masih ada acara penting yang harus kami hadiri di Makassar pada tanggal 6-7 Juni 2016 lalu.

Jadi begitulah akhirnya keputusan kami untuk sekadar getaway di Surabaya dan sekitarnya pada tanggal 4-5 Juni 2016 sebelum bertolak ke Makassar pada tanggal 6 Juni 2016 pagi. 4 Juni, hari Sabtu, dan memang malas kalau harus bangun pagi. Tapi sekitar pukul 06.00 WIB, kami sudah duduk manis di area Gate D Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta menanti penerbangan pukul 07.10 WIB menuju Bandara Juanda Sidoarjo Terminal 2. Pesawat tepat waktu. Seharusnya pukul 08.30 WIB, kendaraan berikut sopir yang kami pesan dua hari sebelumnya dari Okkarent sudah siap di Bandara. Tapi sesuai dugaan, kami harus menunggu sampai pukul 09.30 WIB karena perusahaan rental mobil tersebut sibuk mencari sopir pengganti begitu kami hubungi setiba di Bandara.

Tujuan kami pagi itu, seandainya kendaraan tersedia tepat waktu, adalah Taman Safari Prigen. Tapi apa daya, jadi lapar gara-gara menunggu kendaraan tiba di Bandara. Bertambah lapar karena kualitas mobil tidak begitu baik, walaupun Pak Totok sang sopir pengganti sangat baik melayani kami seharian itu. Jadi, saya bilang saja ke Pak Totok untuk menuju ke Surabaya dan mencari Lontong Balap Pak Gendut di Jl. Prof. Dr. Moestopo.

Lontong Balap Pak Gendut dan Sate Kerang - dokpri
Lontong Balap Pak Gendut dan Sate Kerang - dokpri
Lontong Balap Pak Gendut plus sate kerang dan es teh manis dan wah…, satu porsi lontong balap itu benar-benar membuat kenyang. Walaupun lalu lintas padat dari Bandara (Sidoarjo) menuju Kota Surabaya cukup menyita waktu kami, keputusan menuju Taman Safari Prigen tetap kami realisasikan setelah kenyang dengan Lontong Balap Pak Gendut. Dan begitulah Pak Totok yang baik menceritakan dan menjawab banyak hal yang saya tanyakan seputar bangunan-bangunan tua yang sangat elegan ketika kami melihatnya sepanjang perjalanan menuju Taman Safari Prigen yang disebut juga Taman Safari Indonesia II itu. Tidak lupa tentu saja Pak Totok menawarkan untuk mampir melihat lokasi Lumpur Lapindo karena kebetulan kami melewati area tersebut dalam perjalanan menuju Taman Safari. Tawaran tersebut kami lewatkan agar tidak terlalu mendesak menghabiskan waktu di Taman Safari.

Satu setengah jam perjalanan kami tempuh dari Surabaya menuju Taman Safari Prigen. Pukul 13.45 WIB, kami sudah berada di loket pembayaran masuk Taman Safari. Dan memang tidak banyak waktu lagi, karena menurut informasi dari petugas di di loket pembayaran masuk, kalau kami hanya dapat berada di area Taman Safari hingga pukul 16.30 WIB dan setelah itu siap-siap harus keluar dari lokasi. Kunjungan yang singkat ? Ya, tapi kami puas dan kagum dengan Taman Safari Prigen ini. Kami pikir sepi pengunjung. Ternyata ramai.

Panggung Burung Pemangsa Taman Safari Prigen, dokpri
Panggung Burung Pemangsa Taman Safari Prigen, dokpri
Aquatic Land Taman Safari Prigen, dokpri
Aquatic Land Taman Safari Prigen, dokpri
Persiapan panggung stuntman, the temple of terror Taman Safari Prigen- dokpri
Persiapan panggung stuntman, the temple of terror Taman Safari Prigen- dokpri
Sesuai informasi sebelumnya dari Pak Totok, maka menuju Surabaya dari Taman Safari akan cukup tersendat menjelang masuk tol Pandaan menuju Surabaya. Langit cepat gelap. Jelas saja, jam yang sama di Jakarta pasti masih terang. Jalan tol juga cukup padat malam itu. Hotel yang telah kami booking sebelumnya berada di dekat Tunjungan Plaza, jadi apalagi kalau tidak minta tolong Pak Totok untuk mengantar kami ke Tunjungan Plaza sebelum perjalanan kami berakhir di hotel yang nyaman. Surabaya di malam hari akhir pekan sangat ramai. Kota elegan yang sangat semarak di malam hari.

Untung, untuk hari Minggu, saya menyewa mobil berikut sopir dari perusahaan rental mobil lain. Athayatrans, perusahaan rental mobil di Surabaya ini sangat sigap melayani permintaan penyewa. 180 derajat berbeda dari kualitas kendaraan yang kami dapat sehari sebelumnya dari Okkarent. Mobilnya sangat bersih dan bahan bakar sudah penuh. Pak Mat, sopir yang saya hubungi pagi-pagi untuk menjemput kami di hotel, ternyata sudah dipesan oleh manajemen Athayatrans untuk siap di hotel pukul 08.30 WIB, padahal saya minta dijemput pukul 09.00 WIB.

Kalau pada hari Sabtu, kami menuju selatan Surabaya (ke arah Malang) maka hari Minggu adalah 180 derajat arahnya dari hari Sabtu. Pak Mat sudah dipesan oleh perusahaan kalau kami mau mampir ke Bangkalan (Madura). Ngapain ke Bangkalan? Hahaha…betul juga ngapain ke Bangkalan? Kami memang belum pernah sampai ke Madura, dan yang penting juga kami mau mengunjungi Jembatan Suramadu itu. Pak Mat menanyakan kepada saya untuk memastikan lagi apa memang betul mau sampai Bangkalan? Jadi saya tanya balik kepada Pak Mat, apakah terlalu jauh untuk sampai ke Bangkalan kalau sudah berada di Jembatan Suramadu? Sudah dekat. Kalau begitu baiklah ke menuju ke Kota Bangkalan. Lalu mau apa ya? Pak Mat menawarkan makan nasi bebek Sinjay. Nah, akhirnya setelah makan nasi bebek Sinjay di Bangkalan, mengertilah kami mengapa Pak Mat berulangkali menyatakan bahwa Bangkalan itu identik dengan Nasi Bebek Sinjay. Hahaha…Pak Mat!

Hari Minggu pagi di Surabaya, saya yang terkagum-kagum dengan bangunan-bangunan tua bersejarah di Surabaya minta agar Pak Mat berkenan mengantar kami ke Gereja dulu untuk beribadah. Gereja yang kami kunjungi adalah bangunan Gereja Katolik tertua di Surabaya di Jalan Kepanjen. Gereja ini bernama Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria tapi lebih dikenal sebagai Gereja Kepanjen yang eksistensinya dapat ditelusuri balik hingga tahun 1820-an. Bangunan gereja ini sangat mengagumkan. Saat ini gereja sedang direnovasi. Jadi, umat sementara ini beribadah di seputar halaman gereja.

Gereja Kepanjen, dokpri
Gereja Kepanjen, dokpri
Renovasi interior Gereja Kepanjen, dokpri
Renovasi interior Gereja Kepanjen, dokpri
Umat sedang misa di Halaman Gereja Kepanjen, dokpri
Umat sedang misa di Halaman Gereja Kepanjen, dokpri
Setelah selesai beribadah, kami minta diantar menuju restoran bakwan Kapasari. Pak Mat mengantar kami ke restoran yang berlokasi di Jalan Mayjen Sungkono. Saya kagum dengan perkembangan Surabaya dan sekitarnya. Perjalanan menuju Kota Satelit seperti halnya area Jalan Mayjen Sungkono membuat terbayang perjalanan di Singapura yang kecil itu. Tapi ini Surabaya di Pulau Jawa. Bakwan Kapasari justru kami tahu dari kenalan keluarga di Batam yang suka membawanya ke Batam kalau mampir di Surabaya. Non-halal? Ya. Di Mayjen Sungkono siang itu, restoran ini jadi terbatas akses parkirnya karena penuh dengan kendaraan pengunjung. Pengunjung umumnya memesan bakwan dan nasi untuk sekalian makan siang. Kami hanya memesan bakwannya saja karena saya sudah janji dengan Pak Mat mau makan Nasi Bebek Sinjay di Bangkalan (supaya tidak terlalu kenyang). Bakwan Kapasari sesuai dengan klaimnya sudah ada sejak tahun 1931.

Bakwan Kapasari sejak tahun 1931, dokpri
Bakwan Kapasari sejak tahun 1931, dokpri
Bakwan Kapasari di Mayjen Sungkono, dokpri
Bakwan Kapasari di Mayjen Sungkono, dokpri
Rute selanjutnya adalah mengunjungi Museum House of Sampoerna. Kalau saya sebut Surabaya itu kota yang sangat elegan maka House of Sampoerna adalah salah satu buktinya. Mengagumkan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun