Mohon tunggu...
andra nuryadi
andra nuryadi Mohon Tunggu... Konsultan - bekerja 20 tahun lebih di media, memiliki laboratorium kreativitas konten

Creative Addiction; Media Practitioner; Journalist

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Senjakala Kerja di Media Dunia Maya

8 Maret 2023   18:21 Diperbarui: 8 Maret 2023   18:28 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang wartawan (entah apa masih layak disebuat demikian) jungkir-balik menghasilkan warta. Padahal ia tidak sedang berada di lokasi peliputan. Cuma duduk di depan alat kerja bernama laptop.  

Yang ia lakukan keluar-masuk mesin pencari. Menggunakan sejumlah tools nujum yang katanya "jagoan" menemukan kata kunci yang sedang tren. Orang digital menyebutnya SEO friendly.

Si wartawan memburu warta yang sedang trending  di dunia maya. Kalau cocok, ia akan mengemasnya menjadi warta baru. Tidak cuma satu. Sebab, agar arus lalu-lintas web media online-nya meninggi, dibutuhkan warta-warta lebih, jika perlu semuanya SEO friendly.

Jumlahnya bisa tak terbatas. Selagi algoritma SEO meninggikan sebuah kata kunci maka saat itulah peluang mencipta warta masih terbuka. Selanjutnya kesempatan meraih tinjauan lebih dari pemirsanya masih besar.

Tapi nasib memang tak berpihak kepadanya. Sedangkan kawannya dari media online bertrafik tinggi, yang selalu masuk top 10 rank versi Google maupun web site rankings rujukan macam Alexa atau SimilarWeb, cukup dengan tiga atau empat produk warta sudah mendatangkan views tinggi.

Untuk mencapai views setara mungkin perlu puluhan warta dengan kata kunci yang sama. Algoritma memang tak adil bagi wartawan-wartawan media non rank.

"Ketidakadilan" itu bahkan sampai ke tataran renumerasi tiap-tiap awak media online. Selain tidak pernah ada standarisasi gaji wartawan media maya alias digital, juga soal trafik atau views kemudian dijadikan sebagai tolok ukur kinerja seorang awak.

Sehingga, perusahaan-perusahaan media non papan atas, memilih memberi gaji UMP (atau banyak yang di bawahnya), sedangkan jumlah engagement menjadi pendapatan tidak tetap. Karena itu, penghasilan per bulannya menjadi fluktuatif. Tergantung dari respon audiens.

Di perusahaan media ternama, faktor ini dipilih masuk sebagai key performace index (KPI). Tinggi atau rendahnya engagement berpengaruh pada bonusnya. Yang dulunya dipukul rata. Masih lebih fair.

Wartawan-wartawan baru yang idealis, yang bekerja di publisher kelas menengah (atau media biasa-biasa saja) tak menganggapnya berarti. Tekanan ekonomi dan realitas hidup mungkin belum mengganggunya. Sehingga keinginan untuk belajar menjadi jauh lebih mengedepan. Bikin warta sendiri dengan standar kata kunci trendi lebih berarti bagi pengembangan kemampuan dirinya dalam mengolah data. Meski sebenarnya data koleksian dari warta-warta yang up date duluan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun