Kondisi dilematis dan serba tanggung. Mungkinkah Prabowo disandingkan saja dengan Ganjar sebagai sebuah alternatif bila periode tiga kali gagal diteruskan?
Tampaknya sulit. Sebab PDI-P adalah partai politik terbesar dengan basis massa terbanyak. Partai ini sangat percaya diri mampu melahirkan dan mengusung sosok pemimpin negeri selayaknya Jokowi. Sedangkan Prabowo punya kesempatan sekali ini untuk melanjutkan karir politiknya menjadi presiden. Saling berambisi, tetapi hanya ada satu posisi RI 1.
Di situlah letak kesulitannya, siapa yang akan menjadi orang nomor satu, siapa yang rela jadi nomor dua. Sementara bila PDI-P dan Gerindra berpisah dan kembali seperti pada 2019, tentulah masing-masing lebih percaya diri dengan strateginya.
Maka, kini tinggal lah Ganjar yang harus digenjot elektabilitasnya. Ibarat emas, ia masih perlu dipoles hingga mengkilap benar. Saat ini belum sampai benar-benar kinclong. Karena itu selanjutnya adalah proses bagaimana pemolesannya.
PDI-P bukan partai kemarin sore. Kenyang dan sarat pengalaman, menjadi yang teraniaya dan kini berkuasa. Segala asam dan garam sudah dicicipi. Bahkan yang semestinya hitung-hitungan di atas kertas Megawati bisa meneruskan periode keduanya, akhirnya terganjal SBY do 2004. Ini adalah pengalaman pahit tetapi sekaligus juga pelajaran amat berharga.
Karena itu PDI-P tampaknya tengah melakukan soft strategy. Dalam meraih massa pilpres setidaknya dibutuhkan dua kekuatan. Kekuatan berbasis kepartaian dan kekuatan berbasis non-kepartaian alias pemilih umum, biasa, yang logis.
Kekuatan partai sudah di genggaman tangan, tinggal bagaimana mengelola agar besar dan kuat. Kini tinggal kekuatan yang lebih besar lagi di luar sana. Untuk meraih simpati atau juga empati, sejumlah teori komunikasi bilang, sebaiknya jangan menggunakan pendekatan kelembagaan. Gunakan personanya, manfaatkan kekuatan sosoknya.
Maka, memang kemudian harus dipisahkan untuk meraih dua basis dengan satu tujuan. Masing-masing (partai dan personal) berbagi tugas. Hasilnya tinggal kita lihat nanti. Tetapi LSI Denny JA mengendus, Ganjar naik elektabilitasnya setelah peristiwa tak diundangnya pertemuan partai beberapa bulan silam.
Partai lain sepertinya masih lihat sana lihat sini. Partai satu ini sudah menggeliat mencoba menemukan akar rumputnya. Apakah kelak pasti berhasil? Belum tentu, karena sosok wakil juga sangat berpengaruh. Tapi soal ini nanti saja. (*)