Mohon tunggu...
Ando Ajo
Ando Ajo Mohon Tunggu... Administrasi - Freelance Writer

Asli berdarah Minang kelahiran Melayu Riau. Penulis Novel Fantasytopia (2014) dan, Fantasytopia: Pulau Larangan dan Si Iblis Putih (2016). Find me at: andoajo.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Terlalu Bodoh Untuk Menyadari

20 Oktober 2015   15:13 Diperbarui: 20 Oktober 2015   15:13 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="https://pyongpyang.files.wordpress.com/2014/01/1512769_10151796659826636_1209984733_n.jpg?w=590"][/caption]

Saya bingung, bahkan heran. Aneh. Apa 'kita' (baca; Islam dan Kristen) tidak bisa melihat dengan "jelas"? Apakah 'kita' (maaf) terlalu bodoh untuk menyadari BAHWA AKAN ADA SATU GOLONGAN/PIHAK YANG TIDAK SUKA MELIHAT 'KITA' BERDAMAI.
Tahu apa artinya itu? Artinya; 'dia' akan terus menghasut 'kita' dengan jalan apa pun. Sekali lagi, APA PUN.
--Menyamar menjadi ulama, menyesatkan jamaahnya, menghasut untuk membenci Kristen dengan dalih jihad, padahal Baginda Rasul tidak mengajari itu. Ingat, tatkala Baginda Rasul hijrah ke Madinah, beliau hidup damai dengan kaum Nasrani. Tidakkah kita bisa mencontoh itu?
--Menyamar menjadi Pastor ataupun Uskup, menghasut untuk membenci Islam, dengan dalih terkuat; Islam itu teroris. Padahal Jesus hadir untuk menyelamatkan 'domba-domba yang tersesat' (ingat, ini jauh sebelum Islam itu sendiri muncul. Dan sangat jelas apa dan siapa yang dimaksudkan Jesus sebagai 'domba-domba yang tersesat') yakni, 'pihak' tersebut yang jelas-jelas berniat (bahkan) membunuh Jesus itu sendiri. Tidakkah 'kita' bisa menyadari itu? Musuh abadi 'kita' berdua?

Yaa, MUSUH ABADI. Bahkan tercatat dalam sejarah kenabian. Dan itu bermula dari zaman Nabi Ya'qub as (Yakub). Berapa banyak Utusan Tuhan yang telah 'mereka' singkirkan setelah itu? Berapa banyak Utusan Tuhan yang telah 'mereka' ingkari dan 'mereka' bunuh?
Bukan mereka dari golongan yang berasal dari tanah Tiongkok, bukan pula dari tanah India, bukan. Saya yakin kita sama tahu siapa yang saya maksudkan.

Sayangnya, bila ada kepala-kepala yang mengerti dan berniat untuk 'melawan' musuh abadi tersebut, biasanya akan 'menghilang' dengan sendirinya. Dilupakan dan terlupakan, tertutup isu lain yang pasti lebih menghebohkan.
Strategi terlicik yang digunakan adalah; APA KAU CUKUP BUKTI? Dan yaa, 'pihak' tersebut bersembunyi di balik itu. 'Kita' tahu pasti siapa pihak itu, sayangnya terlalu 'takut' untuk mengakui. Selalu berlindung di balik kata bernama; HUKUM. Sama seperti seorang koruptor yang jelas-jelas bersalah di mata rakyat, tapi karena dia handal dan memiliki pengacara handal pula, jadilah bebas dengan alasan terkuat; APA KAU CUKUP BUKTI?

Apa 'kita' tidak menyadari itu?
Tidak sadar jika 'kita' telah diadu domba, dihancurkan sedari dahulu dengan rayuan teramat manis dan indah, hingga 'kita' menelan bulat-bulat begitu saja apa yang disampaikan ulama-ulama palsu dan pastor/uskup palsu? Menghancurkan Masjid, membinasakan Gereja.
Tidak sadarkah jika selama ini hanya 'kita', HANYA 'KITA' YANG SELALU BERSETERU dan tak terhitung berapa jumlah nyawa dan kehormatan yang melayang sia-sia?
Apa 'kita' (maaf) terlalu tolol untuk menyadari itu?

Di rumah, 'kita' mengajarkan kasih sayang kepada anak-anak, namun di luar 'kita' justru mempertontonkan hal mengerikan.
Atau 'kita' terlalu takut? Hingga merelakan diri, menghambakan diri untuk melanjutkan hasutan 'mereka'. Bunuh membunuh satu sama lain. Melanjutkan kebiadaban sedari ribuan tahun yang lampau.
Melanjutkan apa-apa yang bahkan dihilangkan/dihapus oleh Jesus?
Melanjutkan apa-apa yang pernah (dan selalu) dibenci oleh Baginda Rasul?
Seperti itukah keinginan 'kita'?

Maaf saja, saya tidak ingin seperti itu. Dan saya bersyukur, pengajaran orang tua cukup (sedikit) membuka mata saya akan hal itu. Dan yaa, saya sangat bersyukur, paling tidak saya tidak akan bertingkah seperti keinginan 'mereka'--si musuh abadi 'kita' selama ini.

 

Salam damai dari saya yang menyintai kedamaian tanpa embel-embel kemunafikan (damai di luar tapi mengutuk dalam diri)

Ando Ajo, Jakarta 20 Oktober 2015.

Terima Kasih Admin Kompasiana^^

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun