Mohon tunggu...
Andi Wi
Andi Wi Mohon Tunggu... Penulis - Hai, salam!

Bermukim di Cilongok - Banyumas - Jawa Tengah. Kamu bisa mulai curigai saya melalui surel: andozshort@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Dasar Kecemasan Kita

24 Mei 2018   15:56 Diperbarui: 24 Mei 2018   17:01 2007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: @kulturtava

Kelak aku tahu yang bisa kauingat dariku adalah kenangan kita. Rindu tidak. Karena hari-harimu hanya akan diisi oleh orang-orang yang kaucintai, juga seseorang yang terus berada di sampingmu, yang senantiasa buatmu tersenyum, meredam hasrat amarahmu saat kaumarah, menuntun jalanmu saat kau merasa tersesat, ia adalah satu-satunya orang yang sanggup menenangkan semua kecemasanmu dengan kesabarannya yang saleh dan penuh kasih.

Kau tidak lupa denganku. Sepenuhnya. Kehidupan seperti pesta murahan yang diadakan sehari semalam. Pesta sekejap kembang api yang meletus di langit yang cakap membikin kita khawatir: apakah akan ada kembang api berikutnya?

Aku mengatasi kecemasanku dengan kebisuan. Menciptakan ruang hujan buatanku sendiri di dalam kepala dan menghentikannya jika tiba-tiba merasa asing.

Saat-saat dulu kau mencintaiku apa yang kau cintai dari diriku? Sesuatu yang tak kau temukan dari orang lain? Tapi apakah itu?

Aku ingat, saat-saat kita masih bersama, aku sering merasakan kau seperti orang yang tersesat. Berada di sampingku tapi seolah jauh dari jangkauanku dan kau menggumam tak karuan tapi mulutnya tak mengatakan apa-apa.

Apa yang sudah dunia lakukan padamu? Makanan apa yang kau telan sampai aku tak bisa merasakannya? Aku ingin bertanya  padamu seperti itu tapi mungkin kau takkan menjawabnya. Kau tak ingin membaginya denganku.

Kau tidak membenciku. Kau hanya membenci dirimu sendiri yang tak sanggup protes akan sesuatu yang terjadi tak sesuai keinginanmu.

Di samping lemah, kau mencintaiku karena aku unggul. Tapi kau tak bisa menerimanya. Kau tak bisa memanfaatkannya. Kau hanya ingin memiliki dirimu sendiri.

Itu kesalahanku. Tapi kau tak perlu minta maaf. Semua kesalahanmu sudah kumaafkan.

Baiklah. Sepanjang ini, kurasa segalanya sudah terjawab. Tapi apakah ada yang terhapus dari kita?


Andi Wi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun