Mohon tunggu...
Andi Wi
Andi Wi Mohon Tunggu... Penulis - Hai, salam!

Bermukim di Cilongok - Banyumas - Jawa Tengah. Kamu bisa mulai curigai saya melalui surel: andozshort@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kasur

21 Mei 2018   14:11 Diperbarui: 22 Mei 2018   06:04 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Akun Pinterest Sunkyeong Go

Saya punya uang. Tapi saya bingung mau buat apa. Akhirnya saya putuskan buat beli kasur. Saya sudah muak tidur di lantai beralaskan tikar dan daun jati. Macam di tengah hutan saja. Maka ketika tiba-tiba teringat tentang benda empuk itu saya berpikir saya harus membelinya.

Dahulu, pertama kali merantau di Cikarang, saya memang cuma dan terbiasa tidur di lantai. Tiga tahun kemudian meski saya punya uang, saya tak pernah memikirkan kata kasur dalam kamus verbal saya. Kasur menurut saya tidak penting-penting amat. Jika kau lelah, kau tinggal tidur. Dan kebisaan itu berlangsung hingga kini.

Tapi entah kenapa kasur akhir-akhir ini masuk dalam daftar kebutuhan primer saya. Lalu tepat sebelum kumandang adzan dhuhur didengungkan saya pergi ke pasar. Seorang diri. Saya suka melakukan semua hal sendiri.

Saya memarkir kendaraan lalu mendatangi toko kasur seorang diri. Melangkah dengan gaya yang, seolah-olah ini adalah hari terbaik saya untuk memulai.

Saya mulai masuk toko pertama yang terletak di pojok dan bertanya pada pelayannya, "Apa di sini ada jual kasur?"

Pelayan itu mengernyitkan kening. Nampak keriput di matanya, keningnya dan pipinya. Lalu dari olah vokal dan napas yang bagus ia berteriak, "Kalau kau datang ke Pom Bensin dan bilang apakah di sini ada bensin, menurutmu apa jawaban mereka?"

"Baiklah," jawab saya. "Jangan terlalu serius."

Pelayan itu diam saja seolah sedang merancang niat buruk. Mungkin dikepalanya sedang merencanakan memakan saya. Tapi karena dia puasa, dia ingin menundanya sampai magrib. Saya harus cepat kabur. Sebelum magrib.

Saya datangi toko kedua. Toko kedua, pelayannya jauh lebih ramah ketimbang yang pertama. Sayangnya dia berkata terlalu muluk dan menggebu-gebu seperti mahasiswa yang sedang berorasi yang ingin setiap kata-katanya didengar dan dipertimbangkan.

Saya pindah ke toko ketiga. Toko itu kecil dan tidak ada kipas angin yang bisa mendinginkan suhu ruangan yang biasa kita lihat di semua toko termasuk toko kipas angin itu sendiri. Pelayannya seorang lelaki. "Kasur apa yang Mas cari?"

"Saya mencari kasur yang empuk dan mudah dipindahkan kalau saya mau."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun