Mohon tunggu...
Andi Wi
Andi Wi Mohon Tunggu... Penulis - Hai, salam!

Bermukim di Cilongok - Banyumas - Jawa Tengah. Kamu bisa mulai curigai saya melalui surel: andozshort@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Drama Artikel Utama

Cerpen | Tokoh Pertama yang Gagal Menjadi Tokoh Utama

15 September 2017   18:25 Diperbarui: 17 September 2017   13:29 2342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: www.instagram.com/creative_ace/

"Coba buktikan yang lain?" Kata Bumi. Nadanya lebih terdengar seperti sedang mengolok-ngolok sekarung kentang yang idiot. 

"Baiklah," sahutku tidak terima diolok-olok seperti sekarung kentang. Aku langsung menelpon Kalani. Cewek favorit itu, supaya Bumi mau berhenti mengolok-ngolok pacar barunya.

Akan tetapi, sepuluh panggilan masukku, sial, malah dibalas oleh layanan otomatis operator dengan bunyi nomor yang anda tuju sedang di luar jangkauan, cobalah...

Orang yang pernah sekali mencoba, niscahya dia akan mencobanya lagi.

Dan tanpa basa-basi pula aku terus mencoba mengikuti saran operator itu untuk bisa tersambung dengan Kalani, hingga akhinya aku menyerah juga. Dan sebagai gantinya, kekalahanku ini disambut antusias oleh Bumi. "Berhenti mencoba, Caius. Sebab semakin banyak kau berusaha mencobanya, kau hanya akan semakin membuat perutku sakit!" Dia tertawa lagi. Jika aku boleh komentar warna tawanya sama sekali tidak enak. Mirip dengan suara kaset yang diputar terbalik.

Karena aku kelewat kesal padanya, aku meninggalkan kantin itu dengan meninggalkan dua lembar uang kertas lima puluh ribu di atas meja sebagai ganti resiko bahwa aku tak berhasil membuktikan kalau Kalani adalah pacarku. Padahal kalau aku menang aku bisa mendapatkan sebulan uang jajan gratis darinya.

***

Malam sebelum itu, melalui saluran telepon, Bumi mengajakku bermain futsal. "Kami sudah booking tempat selama dua jam," katanya setelah mengatakan dengan siapa nanti kami akan bertanding.

Aku menolak ajakannya itu dengan halus, dengan berkata bahwa aku sudah enggakjomblo, sudah enggak perlu meratapi malam minggu dengan menendang-nendang bola karet yang cukup kecil.

"Sialan kau!" timpalnya kesal padaku. "Memangnya kau mau kemana?"

"Adalah," aku bermain rahasia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun