Mohon tunggu...
Andi Wi
Andi Wi Mohon Tunggu... Penulis - Hai, salam!

Bermukim di Cilongok - Banyumas - Jawa Tengah. Kamu bisa mulai curigai saya melalui surel: andozshort@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

Bagian-bagian yang Kita Sederhanakan

28 April 2016   17:08 Diperbarui: 2 Mei 2016   01:03 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bumi dengan langkahnya yang shaleh mengambil celanaku yang tergeletak di tepi sungai dan melemparkannya ke arahku. Aku menangkapnya.

“Kau keasyikan bermimpi, sih!”

Aku memang sempat bermimpi.  Tapi, “Sejak kapan orang melarang bermimpi?”

Aku membalikan badan dan mengenakan celana dalamku kembali. Aku tidak ingin terlihat telanjang di depan seseorang yang bukan kucintai. Sambil memasukkan kaki ke dalam lubang celana, tiba-tiba bayangan tentang belut betina itu melintas lagi di kepalaku. Buru-buru aku menghapusnya dan berusaha membayangkan hal lain, yang mungkin lebih menyenangkan; seperti bagaimana dulu ketika kita begitu kecil belajar cara memakai celana dengan benar. Seluruh ibu di dunia tentu mengajari anak mereka untuk mendahulukan kaki kanan lebih dulu ketimbang kaki kiri mereka.

 Namun hal-hal menyenangkan semacam itu mendadak berubah ketika kita dewasa. Kita menjadi begitu terburu-buru melawanwaktu; pergi ke kantor karena kesiangan, pacar yang tiba-tiba ingin dijemput, atau mungkin berlari dari maut, sehingga kita mudah melupakan prosedur mengenakan celana yang dulu telah diajarkan ibu, hanya karena seolah ada sebuah perang besar yang menuntut untuk kita dimenangkan. Tapi pada kenyataannya, secara sadar dan tidak sadar kita telah mengakui kekalahan kita sendiri melawan waktu. Dipecat, diputuskan pacar dan mati.

Bumi tertawa melihat celana dalamku bergambar Bathman.Kukatakan padanya, ini bukan gambar Bathman, tapi memang bolong. Cuaca yang tiba-tiba berubahlah penyebabnya. Aku hidup sendirian, sering ketiduran dan tetangga-tetangga dekat yang tiba-tiba tidak ramah dan tetangga-tetangga jauh yang, sama sekali tidak ramah; tidak sudi membantu mengangkatkan jemuran atau sekedar berhenti menggunduli bumi.   

Bumi masih terkikik di balik punggungku, sementara aku mengenakan celana luarku.

Pilihan kanan dulu atau kaki yang lain bukan lagi masalah besar. Kau hanya perlu mengincar lubang celanamu, memastikan arah kiblat celana supaya tidak terbalik, kemudian arahkan kakimu ke dalam lubang itu sambil menjaga diri agar tetap seimbang. Dan taram! Berhasil. Kau memang harus berhasil, jika ibumu tidak ingin menganggap anaknya idiot.

Tapi tunggu, kurasa Bumi tidak sedang menertawakan penampilan celana dalamku. Itu telah usai. Aku menatapnya curiga. Oh, ya ampun... ia menaruh seekor belut lagi di saku celana kiriku. Sialan!

Aku melepasakan celanaku lagi—untuk kedua kali.

Yang membedakan orang satu dengan orang lainnya adalah, menurutku, cara menendang bokong mereka. Dan cara paling mudah menyamakan orang satu dengan orang lainnya (masih menurutku) adalah mereka sama-sama tak bisa menendang bokong sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun