Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen - Dosen/ Writer

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pernikahan Bukanlah Satu-satunya Ukuran Kebahagiaan tetapi Mesti Disyukuri

26 November 2024   09:25 Diperbarui: 26 November 2024   10:04 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Perkara pernikahan bukan hal mudah bagi kalangan tertentu. Pasalnya pernikahan terkadang menjadi beban bagi pasangan baru dengan kondisi ekonomi pas-pasan. Olehnya itu pernikahan seseorang bukanlah satu-satunya ukuran kebahagiaan duniawi, namun sebagai orang yang percaya atas nikmat tuhan maka hal tersebut perlu disyukuri. 

Sebab banyak di antara kita masih belum bisa diterima oleh pasangannya entah dengan berbagai kondisi atau bahkan banyak di antara kita yang ingin menjalin hubungan hingga pernikahan tetapi jodohnya belum ketemu dan belum diberi izin oleh sang pencipta.

Banyak kalangan milenial saat ini yang sudah berusia 30 - 40 tahun masih belum menempuh pernikahan. Ada beberapa sebab karena lantaran ekonomi, belum ketemu jodoh, kondisi psikologi, kondisi kesehatan dan sebagainya. Memang pernikahan bukan perkara mudah dengan melihat situasi ekonomi kita saat ini yang cenderung stagnan. 

Berbeda dengan kalangan menengah ke atas atau kerapkali disapa sultan bahwa tentu finansial bukan lagi menjadi perkara baginya untuk melanjutkan pernikahan, tetapi bisa saja karena faktor seperti disebuktan di awal. Bahwa ekonomi bukanlah salah satu faktor utama pernikahan dan pernikahan bukan pula satu-satunya yang menjadi tolok ukur kebahagiaan seseorang.

Kedua pembahasan tersebut yakni faktor ekonomi dan pernikahan sebagai faktor kebahagiaan akan diurai lebih lanjut. Pertama bahwa melihat keadaan beberapa yang dialami pasangan muda saat ini dengan kondisi keterbatasan ekonomi sehingga setelah pernikahan mereka terjerat utang piutang, sebutkah utang pernikahan. 

Memang jika dikalkulasi secara ekonomi bahwa melangsungkan pernikahan dengan pesta atau mengikuti trend kekinian sangat sulit mengatur biaya pesta yang terbilang tinggi. Sebagai contoh pada kalangan masyarakat Bugis bahwa seorang laki-laki dewasa yang akan menikah maka paling tidak ia harus menyiapkan uang puluhan juta hingga ratusan juta rupiah. 

Berikut beberapa rincian biayanya, pertama ada yang disebut dengan proses lamaran, dalam proses lamaran tersebut akan melibatkan minimal dua orang dewasa dari pihak keluarga laki-laki untuk datang menyampaikan hajat. Dalam acara ini bukan sembarang orang, harus menghadirkan pembicara yang paham kondisi ekonomi yang bersangkutan demikian sebaliknya minimal paham kondisi saat tiba di rumah calon pengantin perempuan. 

Selanjutnya jika hal tersebut diterima dengan baik maka  akan dibahas rencana uang panaik (belanja pesta untuk perempuan, mahar (sundreng, semacam harta benda untuk kebutuhan calon istri kelak jika sewaktu-waktu ada apa-apa misalnya perceraian dan sebagainya sehingga harta tersebut dapat ia jual untuk kebutuhan hidup). 

Demikian rencana pernikahan yang terkadang dua kali pesta jika berjauhan jarak atau bulan pernikahan yang tidak tepat untuk menyatukan keluarga kedua belah pihak maka dicari waktu senggang dan terkadang diadakan nikah soro atau akad nikah dahulu pesta belakangan. 

Rangkaian acara tersebut paling tidak memakan biaya minimal lima puluh jutaan yang hanya diperuntukkan biaya pesta perempuan. Belum lagi jika mempelai laki-laki juga akan mengadakan pesta di kediamannya maka juga membutuhkan biaya dua kali lipat. 

Dalam konteks ini kita tidak bicara mahar sebab mahar terkadang tidak diuangkan. Jika dihitung secara matematis memang biaya pernikahan cukup mahal baik pesta di rumah sendiri terlebih sewa gedung untuk resepsi yang akan menghabiskan biaya paling murah 50 jutaan rupiah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun