Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen - Peneliti Bahasa dan Budaya

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memilih Jalur Perjokian demi Pansos

18 Februari 2023   18:17 Diperbarui: 19 Februari 2023   09:08 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi perjokian, tangkapan layar pada republika.co.id

Menjelang penerimaan mahasiswa baru tahun akademik 2023/2024, beberapa kampus PTN sudah menyiapkan beberapa jalur pendaftaran pada calon pendaftar. Mulai dari jalur undangan, jalur seleksi hingga jalur mandiri. Para orang tua mulai menimbang-nimbang di mana kelak anak mereka daftarkan, diterima dan di mana kelak akan bekerja pasca kuliah. 

Beberapa kelompok masyarakat yang sudah memiliki persiapan dengan baik termasuk masa depan anak mereka tentu hal ini biasa-biasa saja. Mengingat anak mereka bisa saja sudah siap mental ingin kuliah atau bekerja di mana saja, pihak orang tua tersebut sudah memiliki persiapan dan pertimbangan yang matang jauh sebelum anak mereka remaja. 

Hal yang menjadi problema di masyarakat yakni terkadang keinginan mereka harus terpenuhi sehingga dengan cara apapun keinginan tersebut harus terwujud. Sebut salah satu kelompok masyarakat di kampung saya, bagian timur kota Makassar. Mereka berlomba-lomba agar anak mereka dapat diterima di tempat yang mereka inginkan. Hal ini ternyata bukan hanya dalam memlih perguruan tinggi namun juga sekolah elit. Salah seorang yang pernah penulis jumpai di salah satu komplek perumahan tempat saya berada beberapa tahun lalu. 

Seorang ibu merasa bangga bila anaknya sekolah di sekolah A di kota, anaknya si B dianggap sudah aman jika lolos di PTN. Di salah satu acara keluarga, ia bercerita bagaimana upaya-upaya yang dilakukannya itu agar kedua anaknya yakni si A dan si B dapat duduk di bangku sekolah dan di bangku kampus. 

Singkat cerita anaknya tidak berhasil tembus di PTN dengan jurusan yang diinginkan lantaran quota jurusan X hanya dapat jatah dari kementrian paling 1 kelas hingga 2 kelas dengan pertimbangan kebutuhan akan tenaga ahli tersebut hanya sedikit dan kekwatiran pemerintah tentu tidak ingin melahirkan pengangguran akademik. 

Pada akhirnya si Ibu tetap gigih mencari jalur agar anaknya keterima. Di sisi lain kampus PTN membuka jalur mandiri yakni jalur masuk PTN yang diperuntukkan bagi pendaftar dengan skor tertentu. Meski yang diterima hanya 5 orang misalnya dan meski pendaftar siap membayar semua biaya reguler (bukan subsidi), pada dasarnya jalur ini bisa membuka keranperjokian bagi keluarga yang berduit dan bagi pihak tertentu yang memiliki peluang posisi di tempatnya.

****

Apa alasan-alasan si korban melakukan perjokian di sekolah atau di perguruan tinggi? Mereka pada dasarnya ingin agar anaknya diterima di sekolah atau di kampus ternama. model ini salah satu bentuk pansos (panjat sosial) sebenarnya. Dengan diterima di sekolah dan di perguruan tinggi ternama secara sosial di masyarakat mereka akan disanjung. Terlebih di mata keluarga dekat dan di kelompok arisan bila membicarakan terkait anak-anak mereka maka secara tidak langsung mereka merasa tersanjung jika si A sekolah di sekolah ternama atau si B kuliah di kampus ternama.

Suatu pandangan yang keliru namun ini yang terjadi bagi kelompok masyarakat tersebut. Bukankah hal ini dikatakan nepotisme atau korupsi. Ke depan jika anak yang bersangkutan berhasil melewati semua proses kemudian menduduki posisi penting saya rasa juga akan berbuat demikian. Sehingga memilih jalur perjokian demi pansos amat merugikan pendidikan dan generasi kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun