Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen - Peneliti Bahasa dan Budaya

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pesona Dialek Melayu Makassar

25 Januari 2023   17:48 Diperbarui: 25 Januari 2023   17:46 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kota Makassar dapat dikategorikan sebagai kota multibudaya sebagaimana ibu kota provinsi lainnya di Indonesia. Kota Daeng ini telah didiami oleh beberapa kelompok etnik yang berbeda beda, baik dari Sulawesi Selatan sendiri maupun dari luar. Kelompok etnik dari Sulawesi Selatan seperti etnik Makassar, Bugis, Toraja, Luwu, Duri, Selayar dan lain sebagainya. Sementara kelompok etnik dari luar Sulawesi Selatan sebut misalnya etnik Mandar, Minahasa, Talaud, Buton, Jawa, Bali, Banjar dan Papua. Tak hanya dari kelompok etnik tersebut bahkan di Kota Makassar telah dihuni oleh kelompok etnik Tionghoa dan Arab sejak sebelum kemerdekaan Republik Indonesia. Pada periode 2011 bahwa Kota Makassar telah didiami sementara oleh kelompok etnik Rohingya (Myanmar) dan pada akhir tahun 2014, Kota Makassar menjadi tempat persinggahan sementara oleh beberapa kelompok Imigran asal Negara Timur Tengah. Pertemuan dari berbagai kelompok etnik tersebut di Kota Makassar menjadikannya sebagai kota heterogen dan kota yang hidup dengan berbagai bahasa karena setiap kelompok etnik membawa bahasa mereka masing-masing.  Iyo

Pertemuan dan interaksi dari berbagai kelompok etnik di Kota Makassar tersebut menyebabkan adanya kontak bahasa. Dalam situasi kontak bahasa, pada umumnya bahasa kelompok masyarakat yang mayoritas akan mempengaruhi bahasa kelompok pendatang. Bahkan sebagai alternatif akan hidup bahasa kreol seperti di Bali. Dialek-dialek di antara mereka tidak lepas begitu saja bahkan menjadi identitas dan karakteristik tersendiri dalam berkomunikasi.

Dalam keberlangsungan interaksi yang lebih intens di antara masyarakat tutur mengharuskan mereka untuk menggunakan bahasa utama sebagai lingua franca local (bahasa penghung). Sebutlah misalnya Bahasa Indonesia dengan berbagai dialek yang melekat karena bawaan dari pengguna bahasa masing-masing. Bahasa Indonesia yang selama ini hidup di kalangan masyarakat Kota Makassar dengan dialek tersendiri misalnya terdapat penggunaan imbuhan. Imbuhan tersebut seperti imbuhan -ki/ -ko, -mi/ mo, -miki/ moko, -ji, -pi, dan -na. Penggunaan imbuhan tersebut menjadi identitas Bahasa Indonesia yang digunakan di kalangan masyarakat Sulawesi Selatan dan sekitarnya sehingga menjadi Bahasa Indonesia Dialek Melayu Makassar. Bahasa atau penggunaan dialek tersebut hadir sejak jaman penjajahan hingga kini dikenal dengan Bahasa Melayu Makassar. Bahasa Melayu Makassar pada kalangan saudagar di era tersebut dikenal dengan trade malay Makassar (Melayu Pasar). Bahasa Melayu Makassar menutur hemat penulis bahwa lebih nyaman menyebutnya sebagai dialek Melayu Makassar.

Dialek Melayu Makassar kini tidak hanya digunakan oleh masyarakat dari etnik Makassar ataupun dari etnik Bugis tetapi juga digunakan oleh masyarakat pendatang yang ada di Kota Makassar. Pada dasarnya dialek tersebut merupakan dialek yang digunakan oleh kelompok masyarakat tertentu yang hadir di Kota Makassar dan tidak memahami Bahasa Makassar. Sehingga dialek tersebut merupakan sebagai dialek peralihan dalam lingkungan masyarakat meski dalam lingkungan rumah tangga tetap menggunakan bahasa daerah mereka masing-masing. Selanjutnya bahwa dialek tersebut juga merupakan bahasa alternatif bagi kelompok perkawaninan antar etnik dan menetap di Kota Makassar. Demikian juga bagi kelompok lainnya seperti kelompok pelajar, kelompok pekerja, pebisnis hingga bahasa utama bagi kelompok pendatang.

Pengguna dialek Melayu Makassar hingga kini dapat diperkirakan kurang lebih 1.900.000an baik yang ada di Kota Makassar sendiri maupun di luar Kota Makassar bahkan tersebar pada beberapa daerah di luar Sulawesi yang dibawa oleh masyarakat tutur di Kota Makassar. Dialek tersebut selain digunakan dalam komunikasi sehari-hari secara tatap muka melainkan melainkan juga digunakan dalam komunikasi melalui media sosial. Dialek tersebut bahkan terkadang dikombinasikan dengan bahasa asing yang digunakan oleh pengguna nampak dalam beberapa interaksi penutur di beberapa media sosial mereka baik sengaja maupun tidak disengaja. Sehingga dialek Melayu Makassar terus mempesona di dunia nyata maupun di dunia maya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun